Lili dengan mata berbinar bercerita sedang hamil 2 bulan. "Saya dan suami bekerja keras. Kami sedang mempersiapkan diri menyambut anak kedua kami," tutur Lili.
Sama seperti Rini dan Lili, Fifi juga memilih menikah terlebih dulu untuk kemudian membangun karier.
"Aku takut terlalu lama pacaran lalu terjerumus pada perbuatan dosa. Karena tidak kuat menahan diri, lebih baik menikah. Aku dan pacarku saling cinta, saling percaya, saling membutuhkan, tak ada alasan buat menunda pernikahan," kenang Fifi.
Setelah menikah, Fifi dan suaminya mencari pekerjaan supaya mendapat penghasilan untuk membangun rumah tangganya secara mandiri.
Dari cerita Rini, Lili dan Fifi, terdapat pola yang sama, bahwa mereka mendapat dukungan yang baik dari orang tuanya. Orang tuanya tidak mau mengambil risiko anaknya terlena lalu melakukan seks bebas. Jadi, begitu mengetahui anaknya dekat dengan pacarnya, mereka mendorong anaknya dan pacarnya itu segera menikah.
Rini, Lili dan Fifi memberikan contoh, bahwa ternyata menikah dulu untuk kemudian membangun karier bukan pilihan buruk. Bisa jadi, justru pilihan baik. Setidaknya itu sudah ditunjukkan oleh Rini, Lili dan Fifi.
Bukan berarti, yang memilih membangun karier terlebih dahulu untuk kemudian menikah lantas serta merta pasti melakukan seks bebas di masa lajangnya. Masing-masing pribadi memiliki daya tahan berbeda dalam urusan ini.
Rini, Lili dan Fifi membawa pesan :
"Masing-masing pribadi seharusnya mengetahui kelemahan dan kelebihan dirinya sendiri. Masing-masing pribadi seharusnya tahu apa yang terbaik untuk dirinya sendiri. Masing-masing pribadi seharusnya tahu apa yang harus dilakukan untuk menjaga dirinya sendiri."
"Kedekatan emosional dan keterbukaan antara orang tua dan anak, dalam banyak hal, terbukti menyelamatkan anak ketika berhadapan dengan situasi-situasi rawan."
"Segala sesuatu yang dimulai dengan baik, direncanakan secara baik, ke depannya juga akan menjadi baik. Tugas berikutnya adalah menjaga supaya sesuatu yang baik itu terus terjaga baik selamanya."