"Semua penari juga diwajibkan untuk menjalani karantina pada H-1 pementasan dan mengikuti wilujengan atau doa bersama untuk melatih konsentrasi para penari serta mohon kelancaran," imbuhnya.
Proses latihan Bedhaya Anglir Mendung
Seorang penari yang juga turut membawakan Bedhaya Anglir Mendung, Fransiska Yunita Alfiandri (22) mengatakan, proses yang diperlukan untuk mempelajari tarian tersebut memerlukan waktu lebih dari tiga bulan.
"Proses pertama latihan itu setelah 100 hari wafatnya Mangkunegara IX, awalnya seminggu tiga kali, kemudian saat sudah mendekati hari H, intens setiap hari" katanya.
Perempuan yang akrab disapa Alfi itu mengatakan, ketujuh penari merupakan mahasiswa gabungan dari Institut Seni Indonesia dan Universitas Sebelas Maret Surakarta (UNS).
Lebih lanjut, ia menceritakan, untuk membawakan tarian sakral berdurasi 45 menit itu, memerlukan kesabaran, ketelatenan, dan niat yang tulus iklas.
Meski demikian, Alfi merasa sangat bangga dan bersyukur karena diberi kesempatan untuk membawakan Bedhaya Anglir Mendung pada Jumenengan ini.
"Tariannya sangat jarang dipentaskan dan cukup memerlukan hafalan banyak, jadi senang sekali bisa membawakannya," kata Alfi.
(Arimbi Haryas Prabawanti/2022)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H