Mohon tunggu...
Arima Emilaf
Arima Emilaf Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Nachrowi Ramli; Insight Baru Melihat M. H. Thamrin

12 Januari 2016   14:12 Diperbarui: 12 Januari 2016   18:15 13
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pada bulan Januari tepatnya tanggal 11 di tahun 2016, saya beserta teman teman kelompok kajian ilmu politik berkunjung di salah satu pemakaman di daerah Jakarta Pusat, Pemakaman Karet Bivak namanya. Tujuan kami sebagai kelompok kajian ilmiah ingin ziarah kepada salah satu tokoh pahlawan nasional, M.H. Thamrin merupakan salah satu makam yang kami ziarahi selain sastrawan Pramodeya Ananta Toer, dan Ibu Fatmawati istri dari Presiden pertama Ir. Soekarno.

Tentunya dalam ziarah ini kami akan mendapatkan insight baru tentang para tokoh-tokoh tersebut, kami ingin mengenal para tokokh tersebut bukan hanya dari literature-literatur dokumentasi buku-buku mereka tetapi juga makam mereka sebagai symbol peristirahatan terakhir para tokoh.

Di saat kami ziarah di Pemakaman Karet Bivak, tanpa sengaja kami bertemu dengan salah satu tokoh asal Betawi, yaitu Bapak Mayjen TNI (Purn) H. Nachrowi Ramli yang juga saat itu hadir di Pemakaman M. H. Thamrin. Tidak menyia nyiakan kesempatan, kami bersama teman-teman langsung menyapa beliau dan ingin mewancarai beliau terkait pemikiran-pemikiran M.H. Thamrin yang juga merupakan putra asal Betawi, yang similar dengan identitas Bang Nara, sapaan akrab bapak Nachrowi Ramli.

Bang Nara menceritakan bagaimana perjuangan M.H Thamrin dalam perjuangan kemerdekaan bangsa Indonesia. Beliau memulai cerita dari perbedaan paradigm gerakan yang dilakukan antara Thamrin dan Soekarno. Jika Soekarno yang merupakan founding father bangsa Indonesia melakukan gerakan kemerdekaan dengan tindakan nonkooperatif terhadap pemerintahaan kolonial Belanda.

Maka Thamrin mengambil posisi berlainan dengan menjalankan politik kooperatif yaitu ikut terlibat dalam sistem pemerintahan legislative kolonial yang saat itu bernama Voolstraad. Sebagai Anggota Dewan Voolstraad, Thamrin menjadi sorotan dikarenakan beliau sangat vocal dalam setiap rapat-rapat Voolstraad, argumentasi argumentasi Thamrin pun begitu keras mengkritik kebijakan Hindia belanda saat itu.

Kritikan Thamrin terhadap pemerintahan Hindia Belanda di ceritakan lanjut oleh Babeh Nara terkait perusahaan-perusahaan Pemerintah Belanda yang tidak memberikan upah yang layak terhadap pekerjanya sehingga tindakan itu dianggap tidak manusiawi dan sebagai hak istimewa dewan Voolstraad beliau ingin melaporkan ke dewan Internasional akan kebijakan Pemerintah Belanda ini, ada juga kritik beliau tentang Penjara Boven Diguel yang sudah tidak layak lagi dan perlu perhatian khusus pemerintahan Belanda saat itu. Sebagai salah satu Dewan Voolstraad Thamrin merupakan orang yang sangat keras dalam mengkritik dan begitu kuat terhadap prinsip saat berfikir, sehingga kekerasan berfikir dan bertindak ini oleh Presiden Soekarno disimbolkan pada makam beliau dengan memberikan ornamen batu-batu besar yang menghiasai makam M.H. Thamrin.

Dalam kunjungan ziarah yang singkat itu kami mendapatkan insigt baru mengenai tokoh pahlawan nasional Muhammad Hoesni Thamrin dari Bapak Mayor Jendral TNI (Purn) Nachrowi Ramli. Selayaknya mahasiswa ilmu politik kebanyakan pengetahuan kami tentang lembaga parlemen yang merupakan salah satu kajian kelembagaan dalam ilmu politik hanya sebatas pengetahuan kami bahwa terdapat institusi parlemen sebelum Indonesia merdeka yaitu Voolstraad tapi sedikit sekali pengetahuan kami tentang siapa tokoh parlemen Belanda itu yang menarik untuk kami kaji dan teliti.

Setelah mendengarkan pemaparan Bang Nara kami semakin semangat untuk mengkaji pemikiran Thamrin sebagai bagian dari pengembangan wacana kami tentang tokoh tokoh politik di Indonesia dan bentuk perjuangan pemikiran mereka. Saya berhadap tulisan sederhana ini mampu juga membangkitkan semangat teman-teman pembaca agar terbuka keinginan untuk mempelajari pemikiran tokoh-tokoh nasional khususnya M.H. Thamrin yang sampai saat ini  masih sedikit pengetahuan tentang pemikiran beliau dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia. (Armia)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun