Mohon tunggu...
Ari Kusanto
Ari Kusanto Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Mengapa Kita Butuh Bangun Kilang Lagi?

11 April 2017   12:39 Diperbarui: 12 April 2017   17:00 645
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Sebuah berita lumayan hangat beberapa minggu lalu sempat menimbulkan perdebatan di beberapa kalangan (atau setidaknya di beberapa kali diskusi hangat saya dan teman-teman). Pertamina baru saja mengeluarkan sebuah press release bahwa akan mulai menggarap Megaproyek pengembangan dan pembangunan infrastruktur enam kilang. Yang menjadi sorotan adalah besarnya jumlah dana yang diperlukan dari Mega proyek ini, yaitu diperkirakan mencapai angka Rp500 triliun dan tidak hanya itu saja, Pertamina akan menggaet pihak luar untuk membantu mensukseskan mega proyek ini.

Beberapa orang menganggap, mengapa kita harus membangun kilang lagi? Apakah cadangan minyak masih banyak di Indonesia? Bukankah biaya eksplorasi sumber minyak baru itu lebih mahal? Belum lagi biaya yang mahal untuk membangun dan mengoperasikan kilang minyak. Uang dari mana?

Pertamina sudah lama berupaya agar bisa memenuhi kebutuhan minyak Indonesia. Pertamina bahkan mencoba untuk melakukan efisiensi demi mengkatrol operasi kilang. Pengoperasian kilang mulai ditata, untuk mengurangi waktu operasi yang sering hilang akibat alat rusak, inspeksi pun lebih rajin dilakukan. Waktu working losses juga menjadi langkah yang diambil Pertamina.

Pemeliharaan dilakukan secara bertahap, pengadaan bahan dan peralatan kilang juga ditata sehingga bisa menurunkan biaya operasi. Pembangunan infrastruktur juga menjadi solusi yang baik menurut Pertamina, apalagi pada kasus Kilang Kasim yang kadang beroperasi hanya 120 hari dalam setahun. Pertamina berusaha mentargetkan penurunan biaya operasi menjadi sekitar U$3 per barel.

Ternyata itu saja tidak cukup. Pertamina yang sudah lama berusaha untuk menggaet pihak luar untuk membangun kilang baru tapi sering terhambat permasalahan seperti pembebasan lahan, mendapat dukungan dari Presiden Jokowi yang segera menetapkan skema untuk Indonesia Swasembada BBM.

Bagaimana bisa Swasembada BBM bila produksi kilang yang ada sekarang masih di bawah angka kebutuhan minyak nasional ? Oleh karena itulah Megaproyek ini menjadi andalan Pertamina untuk menjawab target dari Jokowi.

Dengan pengembangan dan pembaruan kilang lama dalam program RDMP (Refinery Development Master Plan), empat kilang lama akan mendapat sentuhan baru. Sementara itu, untuk membantu cadangan minyak, akan ada bantuan dari dua kilang yang akan segera dibangun dalam program NGRR (New Grass Root Refinery). Karena walaupun enam kilang yang ada sebelumnya bisa mencapai produksi 1.05 juta bph, tapi pada kenyataanya hanya ada 800 – 950 ribu bph. Nomboknya dari mana? Tentu saja dari devisa negara yang dipergunakan untuk impor minyak.

Megaproyek untuk Swasembada BBM ini memang mahal. Tapi ini sebuah investasi. Investasi mahal yang akan kita petik hasilnya beberapa tahun lagi. Setidak-tidaknya anak kita tidak akan ikut berpusing-pusing bila pembanguna tidak lancar karena devisa tersedot oleh impor minyak.

Bila kembali ke pertanyaan, mengapa kita butuh bangun kilang lagi, ya tentu saja untuk menambah produksi untuk kebutuhan manusia-manusia Indonesia yang maunya berkendaraan ke mana-mana. Kita butuh kilang baru lagi agar kita tidak nombok terus. Memang situ mau nombok terus?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun