Mohon tunggu...
Ari Kristanto
Ari Kristanto Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wirausaha

Belajar Menulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Togog

21 November 2020   16:16 Diperbarui: 21 November 2020   16:20 194
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Alkisah...disebuah planet yang bernama Boma, sedang terjadi gonjang-ganjing antara dua Negeri. Negeri itu adalah Turli dan Prankis.

Berawal dari seorang Resi di Negeri Prankis, namanya Nyi Bety  yang memberi pelajaran dengan mengambil tema kebebasan berekspresi. Nyi Bety mempertontonkan sebuah majalah yang bernama "carles heboh", yang terdapat gambar kartun seorang tokoh dari kepercayaan yang bernama Lamsi.

Dalam ajaran kepercayaan mereka, mempertontonkan gambar sang panutan tersebut adalah bentuk penghinaan yang sangat luar biasa. Maka hukumnya adalah mati.

Sang Resi perempuan dari Prankis akhirnya menemui ajalnya dengan kepala dipenggal. Pelakunya adalah seorang murid nya sendiri, Yang tersinggung dengan gambar yang dipertontonkan oleh Nyi Bety.

Atas kejadian tersebut, Raja Prankis, Markuni membuat maklumat yang mengutuk aksi pembunuhan tersebut. Markuni menyebut pelakunya adalah seorang "radikalis Lamsi".

Maklumat Markuni itu langsung mendapat reaksi keras dari Endogan, Raja Turli. Endogan menyebut maklumat tersebut merendahkan martabat Lamsi. Dan menyarankan Markuni untuk memeriksakan kesehatan mentalnya.

Titah dari Endogan menjalar ke seluruh planet Boma. Dukungan kepada Endogan dan kecaman ke Markuni datang dari negeri yang mayoritas menganut kepercayaan Lamsi.

Demo dan kerusuhan meluas di Prankis. Pasca kecaman dari Endogan tersebut, terjadi huru hara lagi di Prankis. Kali ini korbannya tiga orang rakyat biasa.

Empat hari setelah maklumat Markuni, Prankis dilanda bencana dasyat. Lindu dan tsunami menguncang negeri itu.

Berita itu sampai ke negeri Ohnaesia. Negeri ini juga salah satu negeri yang mengecam tindakan Raja Prankis. Demontrasi dilakukan sebagai tindakan balasan atas maklumat Markuni. Juga memboikot produk-produk buatan Prankis, meskipun mereka tidak pernah membeli.

Di Negeri Ohnaesia, di sebuah pulau terpadat, di sisi tengah pulau, terjadi perbincangan yang seru di sebuah warung hik (warung nasi kucing) ;

*

"Bagaimana Gong...Prankis akhirnya hancur kan? Biar kapok (jera)!!" kata Duljani membuka pembicaraan di sebuah warung hik.

Bagong yang baru saja datang menyahut, "Mulut Rajanya biar lebih hati-hati. Jangan menghina Lamsi ."

"Resi yang dipenggal itu juga biar merasakan. Kebebasan itu ada batasnya. Tidak asal bicara." sahut Gareng.

"Gusti ora sare. Siapa yang menabur akan menuai." Cowor menimpali sambil menyeruput teh jahe hanggat kesukaannya.

"Doa kita bersama Ustadz Tungku kemarin berarti mujarab ya." Basio ikut berkomentar setelah mulutnya kosong menghabiskan satu bungkus nasi kucing.

"Sudah berapa hari tho?" Pendek ikut menimpali. Pendek adalah nama alias. Nama sebenarnya Gianta. Pendek adalah penjual warung hik. "Dari pelecehan ke peristiwa gempa kemarin lho?" lanjut Pendek sambil membereskan piring dan gelas yang ditinggalkan pembeli lainnya.

"Tiga atau empat ya..tiga hari kelihatannya." Bagong menjawab

"La iya ya. Doa nya umat seluruh dunia langsung dijawab oleh Gusti. Gusti kalau marah bisa menghendaki kapan saja." kata Cowor sambil mengepulkan asap rokok dari mulutnya.

"Sebenarnya yang dibicarakan Presiden Prancis itu apa tho? Kok bikin geger sedunia." Togog yang sedari tadi diam mengajukan pertannyaan.

"Lha menghina Lamsi gitu lho." Jawab Duljani

"Menghinanya bagaimana?" Togog ingin kejelasan

"Setelah peristiwa pemenggalan Resi oleh seorang murid di Prankis, Raja  nya kan langsung membuat maklumat, kalau pelakunya adalah "radikalis Lamsi". Kan menghina sekali itu." Duljani semangat sekali menjelaskan.

"Lha yang memenggal itu orang Lamsi atau bukan?" Togog mencoba mengajukan pertanyaan agak kritis.

"Ya orang Lamsi. Tapi kan pelakunya punya alasan, Gog. Dia membela priyayi agung kita yang sudah dihina." Zulkipli ikut menjelaskan.

"Maksudku Raja Prankis itu bicara seperti apa? Kita kan harus baca secara detail. Pengin dengar aku." Togog masih belum puas dengan penjelasan mereka berdua.

"Baca di media masa, Gog. Kalau suruh kamu jelaskan ya tidak pada hafal. Kita ya cuma dengar-dengar. Yang jelas Raja Prankis sudah menghina Lamsi. Buktinnya Kyai-kyai terkenal ngecam Prankis. Raja kita saja dan Pak Menteri Mazwud juga ngecam. Masa kita tidak percaya ?"  Bagong menjelaskan panjang lebar.

"Sudah jelas salah itu, Gog. Tidak lama Gusti langsung menjatuhkan bencana di Prankis kan. Bukti Gusti tidak terima dengan maklumat Raja Prankis. Kena azab." Duljani menimpali dengan mantap.

"Kalau menurut aku, Raja Prankis tidak menghina Lamsi. Ini saya baru saja broswing." bantah Togog sambil menunjukkan handphone nya. "Kalau pemahamanku, maklumat Markuni ditujukan untuk Lamsi yang menganut paham radikal. Bukan agama Lamsi nya."

"Seperti kalau kita ingin membedakan kelompok yang suka membuat rusuh sama kelompok yang suka menebar ketentraman. Kan sama-sama Lamsi nya, tapi beda cara dakwah nya. Lha yang dikecam Raja Prankis itu yang suka membuat rusuh dan menebar kebencian." Togog mencoba berbeda pendapat dengan teman-temannya.

"Berarti kamu lebih pintar dari Raja kita?" Cowor menekan  pendapat Togog dan membandingkannya dengan raja di Negeri Ohnaesia.

"Sudahlah tak usah berdebat. Sekarang yang penting Prankis sudah kena azab." Kata Duljani.

*

Togog mengusap-usap matanya. Kemarin malam ngobrol sama tetangga di warung hik Pak Pendek sampai larut malam. Dilihatnya sudah jam 9. Untung liburan panjang. Rupanya pembicaraan kemarin membekas dan terbawa menjadi mimpi.

Togog masih malas-malasan untuk bangun. Tapi matanya semakin perih. Kebulan asap masuk lewat sela-sela kamarnya.

Sebelah barat rumah Togog masih berupa tanah kosong. Sampah dan ranting dikumpulkan dan dibakar disitu. Rupanya hari itu ada kerja bakti membersihkan lingkungan persis di sisi barat rumah Togog.

Karena tidak ikut kerja bakti, Togog kena asap.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun