Mohon tunggu...
Arik Gustian
Arik Gustian Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Sejarah

Hallo semuanya, kenalin, saya adalah ex-mahasiswa sejarah Universitas Padjadajaran yang memiliki minat lebih terhadap sepak bola, dan apapun yang bernada sastra.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Merawat Ingatan

23 Juli 2024   17:45 Diperbarui: 23 Juli 2024   17:47 40
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Detik yang terasa lambat di mata itu, berjalan lebih cepat dari kereta kencana. Aneh, apakah iya manusia terlalu betah di dunia hingga hari demi hari terlewati begitu singkat? Kata orang hari berat akan bisa membuat waktu menjadi lambat, tapi tahun yang berat nyatanya baru saja terlewati seperti hari kemarin. Benar juga apa yang termakna dalam agamaku, menyia-nyiakan waktu lebih menyeramkan dari kematian. Hal ini baru saja aku rasa saat membuka tumpukan album yang berada di deretan buku-buku. Saat mencoba mencari sebuah buku, tak sengaja album foto tersebut aku jumpai. semakin lembaran album itu aku lewati, semakin sesak ternyata dada ini dipenuhi rasa yang entah apa. 

Potret diri semakin ku temukan, seringai di bibir, kecil, bersih, tanpa daya. Dekapan kalian difoto lilinku yang bertulis 5 itu sungguh menjadi puncak rasa sesak di dada. Puncak yang mengalirkan air-air dari mata. Kedua tangan ini? Tak kuasa juga membendung aliran air yang bermuara hingga menetas ke ubin kamar. Sepintas beban manusia umur 20-an ini terhenti, sungguh terhenti. Aku berhasil mengembalikan kehangatan itu, ya kehangatan dekapan kedua manusia yang mengusungku ke bumi. 

Kala itu, tak akan ada yang ku biarkan mengganggu, hanya aku, pikiranku, dan kehangatan masa kecilku.  Namun, lagi-lagi aku tak kuasa menahan detik. Si detik lambat itu pula yang menyadarkanku, mengacau kehangatan itu, dan membawaku kembali ke manusia berumur 20-an. Aku menolak menyerah. Kali ini aku coba membawa album itu ke pada ibu, seraya melontarkan pertanyaan-pertanyaan yang membuka gerbang kehangatan itu kembali.

"Waktu itu kita lagi mengunjungi Ibu Kota, eh tengok tanggal ternyata ini hari lahirmu, lalu ibu cari jasa foto Jakarta untuk mengabadikan momen" kata ibuku. Rona gembira nyatanya hinggap juga pada ibu saat foto itu dibicarakan. Mungkin ibu bahagia karena ingat dirinya 20 tahun yang lalu. Atau mungkin juga ibu bahagia karena bisa melihat anak lelakinya yang kini susah untuk didekapnya, begitu tak berdaya dalam foto tersebut terlilit kedua tanganya.

Sebuah foto berukuran tak lebih dari sebuah ubin ternyata memiliki kekuatan yang dasyat. Sebuah foto kecil yang membantuku merawat ingatan masa lalu ku. Aku telah luput, 4 tahun menjalani kuliah di Jurusan Sejarah, melihat begitu banyak portal masa lalu. Namun, masa lalu diri ini tak juga aku masuki.

Semakin runtutan masa kecil itu aku hinggapi, semakin banyak juga bentakan, keluhan, penolakan yang aku sesali. Coba lihat, si kecil lilinnya bertulis angka 5 itu bisa apa tanpa adanya sang pengusung? Ah sial, lagi-lagi air mata ini tak terbendungkan. Bu, Pak begitu beruntung aku mempunyai kalian. Jika Shri Krisna berkenan menghentikan waktunya seperti yang ia lakukan pada saat menceritakan 700 Bhagawat Gita kepada Arjuna, tentu akan ku ceritakan juga 700 kitab syukurku pada kalian. 

Walau suara ini selalu saja menghilang saat ingin mengutarakan begitu bahagianya aku di usung kedunia oleh kalian. Namun percayalah, do'a ini selalu tersuarakan agar kalian bisa lama ada di sini, melihat buah cinta kalian tegap berdiri melawan getirnya kehidupan, persis seperti kalian.

Anakmu kini sedang berjelajah, mencari kesahajaan, mencari penghidupan. Mohon do'a restunya. Kini aku yakin, bahwa kesaktian kalian menandingi Sang Podo Wenang. Jampi-jampi do'a kalian begitu ampuh menjadi tameng kehidupanku. Tameng yang tak akan tertembus oleh busur gandiwa sekalipun.   

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun