"Tiadanya keyakinanlah yang membuat orang takut menghadapi tantangan, dan saya percaya pada diri saya sendiri." - Muhammad Ali
Apa yang ingin "dicari" oleh lima pria paruh baya asal Gadang, Malang, Jawa Timur nekad bersepeda ke Kotabaru di Kalimantan Selatan ? Uniknya, dari lima penggowes dari  New Kompag atau Komunitas Pesepeda Gadang "Baru", hanya Hery Setiaji yang berusia paling "milenial" yakni 47 tahun.
Sementara 4 lainnya, Mohammad Rofi'i berumur 67 adalah kakek dari 6 cucu menjadi peserta paling "senior" ; Â Mohammad Suyono (67) yang memiliki 7 cucu ; Hadarsono (63) yang bercucu 5 orang serta Jumadi (48) adalah kakek dengan 1 cucu.
Dengan beragam latar belakang dan profesi seperti pensiunan ASN, pengusaha, dan swasta, mereka ingin membuktikan ucapan yang pernah dilontarkan petinju kelas legendaris dari Amerika Serikat, Muhammad Ali.
Dilepas  oleh Walikota Malang, Sutiaji dan Ketua DPRD Malang, I Made Rian Diana Kartika di halaman Gedung DPRD Malang (Jumat, 7  Juli 2023) sekitar pukul 10.30, para goweser  menempuh perjalanan 5 jam hingga Pelabuhan Perak, Surabaya.
Dengan berlayar menggunakan KM Dharma Kartika IX sejak Sabtu dinihari (8 Juli 2023) akhirnya para pesepeda tiba di Pelabuhan Trisakti, Banjarmasin (Minggu, 9 Juli 2023). Perjalanan berlanjut  dari ibukota Kalimantan Selatan menuju Asam-Asam, Kecamatan Jorong, Kabupaten Tanah Laut. Perjalanan sejauh 126 kilometer itu ditempuh selama 10  jam dengan diiringi istirahat berkali-kali.
Setelah menginap semalam di Asam-Asam, perjalanan diteruskan ke Pelabuhan Ferry Batulicin, di Kabupaten Tanah Bumbu. Jarak 147,5 kilometer itu "dilahap" selama setengah harian. Akhirnya rombongan goweser itu tiba di Kotabaru hari Selasa dinihari (11 Juli 2023).
Bagi para pesepeda gaek asal Malang itu, perjalanan panjang Malang -- Kotabaru  dengan adalah pemaknaan dari sebuah pembuktian. Pembuktian bahwa usia hanyalah bilangan angka tetapi semangat pantang menyerah untuk menempuh perjalanan jauh adalah sebuah prestasi yang bisa diceritakan ke anak, cucu dan cicit.
Semangat "Arema" dan "Malang Kucecwara" yang dipompakan Walikota dan Ketua DPRD Malang kepada peserta membuat bersepeda menjadi ringan. Perjalanan ke Kotabaru ini dimaknai sebagai muhibah untuk bertemu dengan sanak saudara sekaligus "reuni" dengan teman-teman semasa sekolah oleh Hadarsono.
Kakak kandung Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Pentaan Ruang (PUPR) Kabupaten Kotabaru, Suprapti Tri Astuti tersebut  menjadi saksi kemajuan dan perkembangan Kotabaru dari masa ke masa. Hadarsono meninggalkan Kotabaru tahun 1980 untuk menempuh kuliah di Universitas Brawijaya, Malang.