"Makanan adalah segalanya bagi kita. Ini merupakan perpanjangan dari perasaan nasionalis, perasaan etnis, sejarah pribadimu, provinsimu, daerahmu, sukumu, nenekmu. Itu tidak dapat dipisahkan sejak awal." - Anthony Bourdain.
Apa yang dikatakan salah satu koki yang paling berpengaruh di dunia ini, memang ada betulnya. Betapa tidak, kuliner bisa menjadi identitas sebuah negeri. Masakan bisa menjadi simbol kedaerahan bahkan penanda suku bangsa.
Walaupun penulis buku masakan yang legendaris ini belum sempat mampir ke Mempawah, Kalimantan Barat, saya yakin penulis buku "Kitchen Confidential: Adventures in the Culinary Underbelly" (2000) ini pasti sepakat kalau pengkang adalah salah satu kuliner yang paling seksi dan "ambyar" dalam hal rasa.
Terbuat dari ketan yang berisi ebi dan dibungkus dengan daun pisang berbentuk segitiga sama kaki serta dijepit bambu menjadikan panganan dari Kalimantan Barat itu memiliki cita rasa yang unik dan berbentuk khas.


Identitas pengkang yang menjadi ciri khasnya adalah dijepit menggunakan bambu untuk memudahkan proses pemanggangan di atas api hingga agak kering. Olesan minyak kelapa di setiap pengkang menjadikan aroma pengkang sedikit menyengat.
Pengkang paling "jos" jika disantap bersama sambal kepah. Sambal kepah sendiri berasal dari kerang yang banyak ditemukan di kawasan hutan mangrove di Mempawah. Keistimewaan sambal kepah bisa ditilik dari rasa gurih yang bercampur baur dengan rasa pedas dan manis.
Sekali cocol pasti akan ketagihan mengingat perpaduan pengkang yang habis dibakar dengan sambal kepah menjadikan perpaduan yang nikmat tiada tara.

Setiap saya melakukan perjalanan ke Singkawang, Bengkayang atau Landak dari Pontianak dan perjalanan menjelang Sungai Pinyuh, Mempawah, selalu saya sempatkan untuk mampir ke Pondok Pengkang di Peniti.