Sang Guru, kini tetap kokoh berdiri di depan kelas, membaca bait-bait puisi, menata syair-syair kehidupan yang harus dia jalani tanpa keluarga dan harapan. Tak ada lagi terlihat anak-anak patuh dan tekun menjadi pendengar setianya. Segalanya telah pergi. Namun, Â sang guru tetap menata kata, dalam kesendirian hidup bersama puisi-puisi kehidupannya.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!