Tak terputus api duka, sapa Paskah dalam keheningan turut hadir mempertunjukkan kebersamaan. Ada sebuah pesta hening saat jutaan manusia larut dalam pesta raya memuji Allah semesta.Â
Kedosaan manusia berakhir, Paskah hadir sebagai ujung termulia meraih sukacita bagi manusia. Umat Kristiani kembali menghadirkan Yesus, Sang Mesias menjadi wujud mulia kehendak Allah di dunia.Â
Pesta perayaan Paskah seolah menandai penebusan dan kembali hadirnya harapan akan kebaikan Allah yang selalu hadir dalam diri manusia. Paskah seolah tidak hanya menandai sebuah peristiwa sakral penyaliban tetapi menjadi pertanda setiap insan perpasrah diri.Â
Setelah hampir tiga tahun, rentetan suasana pandemi tak lagi mampu mempertemukan umat manusia dalam ekaristi kudus di gereja-gereja, kebebasan mulai bangkit, keberanian menjelma menjadi sebuah tradisi pertemuan sejati.Â
Tidak lagi dalam diam, gereja-gereja mulai dipenuhi pujian ayat-ayat Ilahi. Nyanyian agung, madah mulia, dan doa litani bergantian berkumandang laksana membuka bangkitnya optimisme manusia pada kehidupan.Â
Pesta perayaan Paskah seolah menandai penebusan dan kembali hadirnya harapan akan kebaikan Allah yang selalu hadir dalam diri manusia. Paskah seolah tidak hanya menandai sebuah peristiwa sakral penyaliban tetapi menjadi pertanda setiap insan perpasrah diri.
Serangkaian upacara pekan suci bergema di gereja-gereja. Kepadatan umat untuk kembali hadir di pintu gereja adalah sebuah kerinduan yang selama ini terbatas kehendak.Â
Pekan suci adalah sebuah pertanda pengorbanan, penebusan, pengampunan, keselamatan, pembaruan dan solidaritas. Paskah bukan lagi menjadi pertanda sebuah penderitaan tetapi menjelma menjadi solidaritas, cinta, dan empati pada sesama umat Allah.Â
Di kota-kota, puluhan gereja dipenuhi ribuan umat. Di sudut desa, gereja-gereja kecil ikut menyemarakkan ibadat-ibadat Paskah. Kegembiraan dalam kidung silih berganti memuji, bersahutan dalam suara lonceng dan alunan litani.Â