Bangunan karya arsitek Johannes Schott yang megah bergaya Neo-barok ini dapat menampung hingga delapan ribu orang dengan tatanan kursi dan interior lain yang sebagian besar terbuat dari kayu. Kubah setinggi 60 dibangun sejak awal abad ke-17, sedangkan  altar utama tampah begitu indah terlihat dari pintu gereja. Untuk melengkapi altar utama, di samping kanan dan kiri terdapat dua belas altar.Â
Di dalam gereja ini juga terdapat sebuah musik organ setinggi 15 meter dengan dua galeri tampak megah, Â yang disebut Die Marienorgen. Organ yang dibuat oleh perusahaan pembuat organ Augsburg, Kuhlen tersebut telah ada sejak tahun 1916 yang diberikan oleh biara Kapusin. Organ kedua leih kecil, disebut die Chororgel. Kedua organ tersebut masih sering diperdengarkan pada saat ibadan dan masih terpelihara dengan baik hingga saat ini.
Setiap tahun, ribuan peziarah memanfaatkan desa yang telah berusia tua ini untuk memperdalam jejak rohani, bahkan tercatat ada delapan Paus yang pernah berkunjung ke sini, mulai dari Paus Pius X hingga Paus Benedictus XVI.
Seperti halnya Kapel Rahmat, Basilika ini juga begitu menarik peziarah untuk dikunjungi. Lewat perjalanan spiritual dalam suasana historis, para peziarah memperdalam pengalaman-pengalaman batin melalui jejak historis di Kota Altotting. Setiap tahun, ribuan peziarah memanfaatkan desa yang telah berusia tua ini untuk memperdalam jejak rohani, bahkan tercatat ada delapan Paus yang pernah berkunjung ke sini, mulai dari Paus Pius X hingga Paus Benedictus XVI.Â
Kota Alttoting tidak hanya menjadi tempat para peziarah untuk berdoa, meneguhkan pengalaman rohani, tetapi sekaligus menjadi sarana menggali pengalaman sejarah peradaban sebuah bangsa.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H