Mohon tunggu...
Ari Indarto
Ari Indarto Mohon Tunggu... Guru - Guru Kolese

Peristiwa | Cerita | Makna

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Balas Jasa Tanda Cinta

11 November 2023   17:02 Diperbarui: 13 November 2023   14:17 130
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Cinta. Saat Jakarta menggoda dan menarik rakyat biasa tampil dalam aneka ragam kerja, menjadi sosok pekerja dibutuhkan daya upaya yang harus terus dihidupkan. Kerja keras menjadi pekerja adalah berdaya bagi sesama. 

Setiap hari, setiap pagi, ribuan bahkan jutaan orang mengalir memenuhi jalanan menuju Kota Jakarta. Dalam ratusan jenis pekerjaan, setiap orang hidup dalam perjungan yang terus memelahkan. Karena kehidupan tanpa daya kerja adalah sebuah kesia-siaan belaka. Dalam waktu yang bersamaan, bus-bus berderet-deret munuju pusat kota. Dalam waktu yang bersamaan, suara kereta melintas jalan utama. Kendaraan pribadi berlomba-lomba memacu laju, sepeda motor menyesak, memehuhi jalanan dan beragam moda ikut dalam keramaian pagi hari. 

Terminal bus dipenuhi penumpang yang berangkat ke tempat kerja. Stasiun-stasiun kereta dijejali pekerja yang terus mengejar waktu sampai di kantor tepat waktu. Setiap pagi dan sore suasana yang terkadang terasa mencekam terus saja terulang. Pekerja, pedagang,  mahasiswa, pelajar semakin tajam memenuhi pusat-pusat angkutan kota. Beruntung, setiap terminal, setiap stasiun selalu aman karena hadirnya sang penjaga keamanan. 

Penyedia angkuta umum di Jakarta kita terasa begitu nyaman ketika kehadirasn tenaga keamanan mengambil peran dominan.  Satuan pengamanan yang biasanya hanya menjadi penjaga keamanan, justru mewujudkan kenyamanan bagi seluruh penumpang. Tidak lagi terlihat menyeramkan, petugas kemanan tampil memesona sebagai pelayan. Petugas-petugas siap membantu penumpang, siap membantu mereka yang membutuhkan, siap menyelamatkan penumpang yang berada dalam situasi tidak nyaman. 

Pekerja, pedagang,  mahasiswa, pelajar semakin tajam memenuhi pusat-pusat angkutan kota. Beruntung, setiap terminal, setiap stasiun selalu aman karena hadirnya sang penjaga keamanan. 

Di setiap bus mereka hadir, di setiap gerbong kereta mereka tampil. Dalam kesiagaan, kehadirannya begitu dibutuhkan. Dengan keramahan dan senyuman terkadang tantangan untuk menjaga ketertiban menemui banyak hambatan. Namun, kesabaran dan kedewasaan kerja adalah kunci utama tidak terpancing dalam kemarahan. Jangan coba-coba berbuat kejahatan di bus atau kereta, mereka siap sedia menurunkan dan membawa setiap tindak kejahatan ke penjara. 

Bertahun-tahun lalu, profesi menjadi sososk petugas keamanan adalah profesi yang tak pernah diinginkan. Profesi yang selalu dianggap rendah dan tak bermantabat, profesi ini tak pernah mendapt penghargaan. Apalagi begitu banyak wajah-wajah garang yang ditampilkan, seolah tampil menakutkan menjadi pertunjukan utama profesi ini. Menciptakan musuh dan selalu tampil dalam wajah garang selalu menakutkan setiap orang, siapapun tak berani mendekat apalagi melaporkan sebuah kejahatan.  

Kini, melengkapi identitas diri sebagai petugas keamanan terasa lebih bermantabat. Selalu menciptakan suasana nan aman dan nyaman meski tampak kelelahan, satuan pengamanan selalu siap membantu siapa saja. Bak seorang pahlawan, kehadirannya selalu dibutuhkan dan dirindukan.

Laki-laki kecil tampak setia menjaga pintu kereta, menjaga penumpang, menjaga sinyal kereta siap untuk menuju tujuan. Dengan seragam mencolok, seolah siap menyapa dan membantu siapa saja. Terkadang nasib baik belum berpihak padanya.  Begitu sulit mendapat jaminan upah kerja, jaminan kesehatan, jaminan hari tua, karena aturan terkadang belum sepenuhnya berpihak kepadanya. Namun, segala yang diterima tak melumpuhkan semangat kerja, karena kecintaan pada profesi adalah martabat yang harus terus dibela. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun