Mohon tunggu...
Ari Indarto
Ari Indarto Mohon Tunggu... Guru - Guru Kolese

Peristiwa | Cerita | Makna

Selanjutnya

Tutup

Analisis Artikel Utama

Tidak Terjebak Gambar dan Deretan Gelar

12 Oktober 2023   20:49 Diperbarui: 13 Oktober 2023   07:55 322
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pemilu. Pemilu bukan uji nyali atau ajang judi. Memilih wakil rakyat musti menggunakan hati, meskipun terkadang warna gambar dan gelar di kertas suara menggoda untuk dicinta.

Riuh redam ajang pemilu lima tahun sekali segera dimulai. Partai berlomba-lomba menyusun strategi. Suguhan caleg artis, caleg konglomerat, caleg keluarga, caleg mantan pesakitan, atau caleg rakyat biasa dalam serangkaian daftar mulai menawarkan janji dan program di segala lini.

Lembaran kertas suara akan terasa begitu lebar dengan daftar nama-nama yang terasa asing dan tak dikenal semakin menambah beban kerja untuk berpikir. Caleg pun ada yang bermutu dan tak bermutu, ada yang asli atau KW 1. 

Ragam kertas suara (Sumber: Yohan Wahyu-kompas.id, 14 Agustus 2021)
Ragam kertas suara (Sumber: Yohan Wahyu-kompas.id, 14 Agustus 2021)

Begitu banyak nama, begitu banyak gelar, dan beragam gambar partai penuh warna disajikan dalam selembar kertas. Meski terkadang dianggap akan mewakili rakyat, masih banyak nama-nama yang tidak merakyat. 

Begitu dalam tersembunyi, nama-nama calon tak pernah menunjukkan diri, bahkan menjadi barisan sakit hati. Menemukan mereka yang berhati perlu menggunakan hati dan pikiran sejati. 

Dalam waktu dua tiga menit, tuntutan untuk menentukan pilihan harus dilakukan dengan cerdas. Memilih dan harus tetap memilih, siapapun yang pantas untuk ditusuk paku dalam bilik suara. 

Terkadang dengan gambar yang dipenuhi warna-warni gambar partai, kita bisa begitu cepat mencoblos dan menentukan pilihan. Dibuka, dicari gambar partai yang menarik dan warna-warni, disanalah pilihan itu dikukuhkan. 

Tidak pernah memikirkan partai apa, seperti apa rekam jejaknya, bagaimana kiprahnya di masyarakat, dan bagaimana pengelolaannya, jangan-jangan wakil partai itu pun hidup dalam jejak-jejak korupsi. 

Begitu dalam tersembunyi, nama-nama calon tak pernah menunjukkan diri, bahkan menjadi barisan sakit hati. Menemukan mereka yang berhati perlu menggunakan hati dan pikiran sejati.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun