Perbatasan. Tembok tinggi membatasi, seolah melindungi negeri. Batas-batas nyata sebuah bangsa mengubur nyata harkat manusia, menjajah batas-batas kemanusiaan. Tembok tetaplah tembok, tetap manjadi pemisah rasa damai dan cinta.Â
Ketika Israel mencoba membangun tembok raksasa, membatasi daerah-daerah yang berbatasan dengan Palestina, kecaman begitu deras muncul. Bukan hanya membatasi gerak warga kedua negara yang berbatasan, tapi ditengarai sebagai upaya menciptakan kesenjangan warga perbatasan. Dinding-dinding baru perlindungan itu semakin memperkeruh upaya perdamaian yang semakin menjauh.Â
Tembok itu pada akhirnya membawa upaya pengamanan yang berlebihan, upaya perlindungan yang semakin mencekam, upaya persatuan yang semakin memadam. Penjagaan keluar-masuk tembok pemisah semakin tampak mencekam dan terus-menerus memupuskan upaya membangun persaudaraan.Â
Pada tanggal 23 Juni 2002, Pemerintah  Israel mulai membangun tembok di Tepi Barat pada tahun 2002. Tembok sepanjang  770 km mengisolasi hampir  733 kilometer per segi negara Palestina. Melalui pembangunan tembok timur, Israel dianggap merebut dan mengisolasi tanah Palestina di Lembah Yordan, sebuah pusat sumber utama makanan yang selama ini menjadi mencukupi rakyat Palestina.
Kehadiran tembok itu pun semakin memperketat penjagaan peziarah yang mencoba mengunjungi Yerusalem dan Betlehem.  Apalagi pusat peradaban beragam agama besar di dunia tidak akan lepas keberadaan Israel dan Palestina. Peziarah harus mengunjungi kedua negara itu,  meski konflik keduanya belum juga terhenti, upaya-upaya meredakan konflik terus dilakukan, membangun kembali kawasan-kawasan ibadah dan sejarah  berbagai agama, tetapi tembok pemisah yang dibangun semakin tinggi dan memanjang  kembali meruntuhkan harapan begitu banyak orang untuk hadir sebagai peziarah.Â
Palestina memang tidak mempunyai bandara internasional. Wisatawan yang ingin mengunjungi Yerusalem biasanya harus  terbang dulu ke Bandara Internasional Ben-Gurion di Tel Aviv, dan  melanjutkan perjalanan darat ke Palestina. Namun, wisatawan atau peziarah juga bisa terbang ke Bandara Internasional Ratu Alia di Amman, Yordania, dan  melanjutkan perjalanan darat ke Palestina. Tidak ada penjagaan begitu ketat ketika kita masuk dari Israel ke Palestina.Â
Kehadiran tembok itu pun semakin memperketat penjagaan peziarah yang mencoba mengunjungi Yerusalem dan Betlehem. Â Apalagi pusat peradaban beragam agama besar di dunia tidak akan lepas keberadaan Israel dan Palestina.
Menuju Yesusalem
Ketika kita menyusuri sepanjang perjalanan dari Nazaret yang berada di wilayah Israel ke Betlehem, Yerusalem yang berada di wilayah Palestina, kita akan disuguhi sebuah perjalanan dengan pemandangan padang gurun, bukit-bukit berbatu dan berpasir, dengan kompleks-kompleks perumahan yang begitu jauh satu sama lain. Memang, Israel berhasil membangun kawasan-kawasan perubahan dengan fasiltas modern. Kondisi ini jauh berbeda kita menginjakkan kaki di wilayah Palestina. Perumahan-perumahan sederhana bahkan cenderung kumuh dan kotor. Apalagi saat kita membandingkan dengan kondisi sarana dan transportasi di kedua negara.Â