Mohon tunggu...
Ari Indarto
Ari Indarto Mohon Tunggu... Guru - Guru Kolese

Peristiwa | Cerita | Makna

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Getsemani

16 September 2023   22:23 Diperbarui: 16 September 2023   22:26 155
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Getsemani


Kehijauan menghias sebuah peristiwa,
Daun pohon zaitun kekar,
Membakar hati dan sukma,
Saat Dia sejenak bertahan,
Mengucap kata,
Sepanjang peristiwa,
Saat aku duduk dan memandang,
Sebongkah batu,
Harus tercium,
Peristiwa kelu kan berbalur,
Pertanda kebebasa manusia
Segera bermula.

Aku tak kuasa,
Bersujud mencium,
Baru besar pertanda
Kesetiaan untuk kita,
Tak pernah selesai.
Penebusan segera tiba,
Dan aku tetap meneteskan
Air mata tanda tak berdaya.

Aku terus mendaraskan,
Kata-kata tak bernakna,
Pada dinding gereja
Yang terus dipenuhi
Pendosa dan pendosa,
Menatap Sang Puja bersabda,
Dalam jutaan peristiwa
Tak berulang.

Saatnya aku menyerahkan diri,
Saatnya aku mengorbankan hati,
Saatnya aku mendiamkan raga.
Bersujud, menyembah dia,
Selamanya.

Aku hadir di taman ini,
Karena dia mengundangku,
Melukiskan wajah-Nya,
Pada kata bermakna.
Aku di Taman Getsemani.

Getsemani, 16 September 2023

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun