Seni musik. Hadirnya beragam musik kontemporer yang lebih menarik, terkadang dianggap sebagai sandungan tidak berkembangnya musik tradisi. Bahkan musik tradisi yang berkembang di berbagai daerah di Nusantara dianggap kuno dan tidak menarik.Â
Terkadang generasi muda banyak disalahkan karena beragam musik tradisi yang mulai ditinggalkan dan tidak mengalami perkembangan. Musik tradisi dianggap ketinggalan zaman, kuno, sudah dipelajari, dan tidak enak untuk dinikmati. Musik tradisi hanya cocok untuk generasi tua yang hidup dalam tradisi yang kuat dan kolot.Â
Meskipun beragam cara dilakukan untuk mengenalkan beragam musik tradisi ke generasi muda, toh hasilnya selalu saja terkalahkan oleh beragam jenis musik modern yang dirasa lebih mewakili gejolak anak muda.Â
Kehadiran beragam musik tradisi dalam berbagai festival pun terkadang hanya dianggap kehadiran sesaat dan mudah terlupa. Bahkan, banyak sekolah yang berusaha bersusah payah mengenalkan dalam beragam pelajaran dan kegiatan sekolah, tetapi hasilnya dianggap tak berdaya membendung perkembangan musik modern.Â
Musik tradisi semacam kulintang, gambus, karawitan begitu banyak dipentaskan di berbagai sekolah, bahkan angklung sering kali ditampilkan dalam pentas massal di berbagai daerah.Â
Namun, beragam pertunjukan musik tersebut toh selalu saja terhenti karena kehadiran musik modern ala Korea, Jepang, Cina dan Amerika. Seolah musik-musik tradisi yang hidup hanya sekadar bertahan dari kematian saja.Â
Pertunjukan seni karawitan
Saat beberapa siswa Kolese Kanisius duduk berjajar rapi di depan beragam jenis gamelan, banyak orangtua yang begitu terkagum. Anak-anak yang rata-rata masih berusia empat belas tahun itu seolah menghilangkan segala kegundahan dan keraguan bahwa musik tradisi tidak lagi menarik untuk generasi masa kini.Â
Anak-anak yang berkumpul di lantai satu Gedung Ignasius itu adalah beberapa siswa Kolese Kanisius yang telah mempelajari gamelan selama beberapa bulan.Â