Mohon tunggu...
Ari Indarto
Ari Indarto Mohon Tunggu... Guru - Guru Kolese

Peristiwa | Cerita | Makna

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Luka yang Terlunta

5 Agustus 2023   14:40 Diperbarui: 5 Agustus 2023   14:52 204
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pasien. Usaha keras terus ditempuh agar tubuh tak lungsai, lesu dalam gulana. Semangat juang melawan duka tak usai walau usia terus menjemput fana. Terdiam hanya pertanda menyerah. 

Menjadi pasien selalu hidup dalam kesedihan. Apalagi menanti sang pendonor yang sanggup merekan sebagian hidupnya. Menjadi pasien penerima donor organ selalu saja memunculkan beragam perasan. Bukan hanya kecemasan dan emosional yang meletup-letup, tetapi terkadang memunculkan kelesuhan dan tidak adanya harapan untuk kembali pada kehidupan. Menyerah pada setiap langkah dan kepastian yang tak pernah terwujud. Selalu saja perasaan bersalah muncul dalam setiap langkah kehidupan. Meski mencoba bangkit dan berlari, tetapi harapan selalu saja lumpuh tak berdaya.

Begitu banyak perasaan dan kegundahan yang setiap saat tiba-tiba muncul. Harapan selalu muncul  saat mendengar seorang pahlawan dalam hidupnya begitu rela menyerahkan sebagian tubunya. Banyak pasien penerima donor organ seringkali dikekang kecemasan apakah dalam proses transplantasi organ bisa membawa perubahan positif dalam hidup mereka. Apalagi begitu sulitnya menemukan pejuang kehidupan yang rela untuk menyelamatkan dirinya. Namun, selalu saja muncul sebuah harapan untuk pulih dari penyakit atau kondisi yang mengancam nyawanya.

Selalu saja perasaan bersalah muncul dalam setiap langkah kehidupan. Meski mencoba bangkit dan berlari, tetapi harapan selalu saja lumpuh tak berdaya. 

Ketika harapan pasien-pasien itu begitu tinggi, kecemasan pun terkadang sungguh menghantui apakah setiap proses transpantasi bisa berhasil; apakah proses  operasi berhasil dan sempurna, bagaimana reaksi tubuh terhadap organ baru yang diterima, bagaimana  efek samping dari obat-obatan imunosupresan yang harus mereka konsumsi untuk mencegah penolakan organ. Begitu banyak hal dirasakan, tetapi meneguhkan diri untuk selalu mempunyai harapan pasti menjadi kekuatan hidup terus berjuang. 

Harapan baru 

Bukan hanya itu, diantara harapan itu terkadang perasaan bersalah pun  muncul. Bahwa kehidupannya berlanjut hanya karena sebuah pengorbanan dari seseorang, bahkan bisa saya sebagian tubuhnya adalah sebuah penyerahan nyawa dari pendonor yang tak pernah diketahuinya. Apalagi saat ketergantungan terhadap obat-obatan dan perawatan medis yang terus menerus dilakukan. Selalu muncul perasaan bersalah yang luar biasa dan selalu muncul perasaan menyusahkan orang lain sepanjang hidupnya.

Begitu sulitnya mendapatkan pendonor beragam organ yang sangat dibutuhkan. Bahkan kadangkala begitu banyak orang yang memanfaatkan di sela-sela perjuangan hidup. Jalan ilegal begitu banyak yang dimanfaatkan untuk sekadar memenuhi kebutuhan ekonomi preman-preman penjual organ. Lahir sindikat-sindikat penjual organ, memanfaatkan kedukaan dan kesedihan. Kedukaan yang  kian menambah duka pagi mereka yang begitu membutuhkan. 

Kesulitan mendapatkan donor ginjal membuat beberapa pasien cuci darah terpaksa mencari di luar jalan yang legal, menurut ketua umum Komunitas Pasien Cuci Darah Indonesia (KPCDI). Situasi ini dimanfaatkan oleh sindikat penjualan organ seperti yang baru-baru ini diciduk polisi di Bekasi, Jawa Barat. Polisi telah menetapkan 12 tersangka yang disebut terlibat dalam sindikat penjualan ginjal jaringan internasional. Para tersangka menjaring calon donor lewat grup Facebook, kata polisi, kemudian menjual ginjal ke Kamboja. (1) Berita seperti inilah yang terkadang semakin membuat hati tak berdaya untuk melanjutkan kehidupan.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun