Mohon tunggu...
Ari Indarto
Ari Indarto Mohon Tunggu... Guru - Guru Kolese

Peristiwa | Cerita | Makna

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Sebuah Kota Kecil yang Menakutkan

22 Juli 2023   16:10 Diperbarui: 22 Juli 2023   16:17 191
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kotaku, kehidupanku (Sumber: AD Images-Pixabay.com)

Kota. Kota kecil itu dipenuhi penduduk pendatang yang mulai tinggal menetap dan bertualang menemukan pekerjaan. Pabrik-pabrik berdiri dan kesibukan siang-malam tak henti. Keramaian dimana-mana tak tersembunyi. 

Kami menikmati kota dengan sejuta peristiwa yang tak terhenti. Kota kecil yang begitu ramai akan kehidupan malam itu menyajikan peristiwa yang terkadang tak terduga. Pabrik-pabrik begitu ramai dengan ribuan buruh yang selalu berharap nasib baik menghampirinya. Warung-warung makan menyediakan beragam menu kampung halaman yang terkadang berbuah kerinduan. Sebuah pusat mal yang sepi saat pandemi mulai banyak pengunjung meski sekedar berjalan-jalan. 

Sebuah tempat wisata yang menyajikan beragam permainan air selalu saja dipenuhi pengunjung meski harga yang ditawarkan tak bersahabat di kantong orang pinggiran. Setiap sore begitu banyak jajanan berkumpul di lapangan. Keramaian terjadi sepanjang hari. Kehidupan kembali tersaji menggantikan dua tahun yang mati suri. Kota kecil dimana aku tinggal mulai menampakkan kehidupan sejati. 

Kehidupan kembali tersaji menggantikan dua tahun yang mati suri. Kota kecil dimana aku tinggal mulai menampakkan kehidupan sejati. 

Di perbatasan kota kecil itu, tumpukan sampah menggunung tinggi. Setiap pagi puluhan truk pengangkut sampah memenuhi jalanan tepi kota untuk membuang sampah. Terkadang saat hujan tiba-tiba bau sampah itu pun menyengat dan menusuk kehidupan kotaku tercinta. Di sana juga hidup ratusan orang pencari dan pengumpul barang-barang yang dianggap hina. Pemungut sampah selalu saja menemukan dan berhadap menemukan barang berharga. 

Begitulah kehidupan di kota kecil itu. Kesibukan dalam sebuah kemiskinan terkadang semakin membawa warganya untuk hidup pantang menyerah. Berharap tak pernah ada kemiskinan, perjuangan bertahan selalu saja diteguhkan. Anak-anakku harus menjadi orang hebat yang seharusnya menguasai kota-kota besar. Mereka harus menjadi orang pintar yang tidak hanya menjadi hidup dalam rumah-rumah bedeng tanpa sekat. Kota kecil ini begitu miskin, tetapi anak-anakku tidak boleh bermental miskin. 

Gara-gara pandemi

Peristiwa pandemi tiba-tiba saja membalikkan beragam peristiwa dan kebaikan kotaku. Kota kecilku menjadi kota kemiskinanku. Jutaan orang berjuang hanya untuk menyambung hidup satu dan dua hari belaka. Ketidakmampuan dan kemalasan terkadang melanda begitu kuat. Orang-orang kuat terkadang hanya duduk dan asyik bermain di pos-pos satpam. Mereka tak melakukan apa-apa kecuali berharap kebaikan dari orang-orang yang lalu-lalang. 

Kemalasan warga kota itu pun menyebar hingga ke kota-kota di sekitarnya. Kini, tak banyak oang datang dan mengunjungi kota kecil, kota kemalasan ini. Hingga peragam peristiwa menakutkan terjadi setiap hari. Kota itu semakin sepi.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun