Mohon tunggu...
Ari Indarto
Ari Indarto Mohon Tunggu... Guru - Guru Kolese

Peristiwa | Cerita | Makna

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Peruntungan Nasib di Marketplace

18 Juli 2023   22:05 Diperbarui: 19 Juli 2023   05:01 242
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Menjadi guru (Sumber Pexels-Pixabay.com)

Guru. Menjadi ujung tombak memperjuangkan pendidikan tak selayaknya mendapat nasib tak menentu. Sekuat tenaga mengayuh tenaga, mendidik anak-anak untuk menjadi hebat tak membuatnya mengubah nasib.

Perjalanan panjang menjadi guru bisa saja berujung buntu. Nasib baik tak mesti berpihak, menjadi guru tidak menjanjikan taraf hidup yang lebih baik. Bahkan kehidupan suram seolah di depan mata. 

Apalagi penghargaan terhadap guru diyakini hanya sebuah nyanyian sumbang yang begitu merdu terdengar. Pahlawan tanpa tanda jasa hanya menjadi penghidup suasana yang selalu meninabobokan nasib yang semakin mengganas, tak mampu lagi menyesuaikan zaman. 

Menjadi guru perlu proses panjang dan penuh peluh untuk menyelesaikan. Di kampus-kampus yang menyediakan pendidikan guru, ribuan mahasiswa berjuang untuk secepatnya selesai dan bisa berkarya untuk bangsa dan negeri ini. Namun, meski kerja didapat, nasib baik belum juga beranjak, meski perbaikan selalu dimulai dan nyata terjadi. Guru masih sebatas janji yang belum teruji. 

Semua guru, semua calon guru, selalu saja memimpikan bagaimana hidup dalam taraf hidup yang berkecukupan. Bukan karena pekerjaannya selalu menjadi mempertaruhkan nasib anak, tetapi perjalanan panjang menjadi guru tidak pernah mendapatkan tempat yang berharga. 

Bukan karena pekerjaannya selalu menjadi mempertaruhkan nasib anak, tetapi perjalanan panjang menjadi guru tidak pernah mendapatkan tempat yang berharga.

Meski nasib baik hadir pada mereka yang begitu mudah menjadi pegawai negeri, tetapi sebagian tak bernasib baik. Puluhan tahun harus tergulung dalam nasib menjadi honorer. 

Bukan hanya hidup dalam penghargaan yang tidak pantas, tetapi perubahan-perubahan nasib tak pernah didapat. Terus-menerus sang guru honorer tetap setia pada jalur honorer. 

Makan hanya jika punya mempunyai jam untuk mengajar. Bekerja hanya jika sekolah menaruh simpati dan kasihan kepadanya. Berapapun rezeki yang diterima, toh, tetap menjadi guru seolah menjadi janji hidup bagi mahasiswa jurusan keguruan. 

Apalagi ketika mendengar begitu banyak guru-guru negeri dengan nasib bak raja yang dihormati. Beragam tunjangan diterima, beragam jenis anggaran selalu kecipratan. Nasib-nasib baik menjadi guru negeri semakin membuat iri guru honorer. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun