Mohon tunggu...
Ari Indarto
Ari Indarto Mohon Tunggu... Guru - Guru Kolese

Peristiwa | Cerita | Makna

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Liburan Kami: Kembali Menyusuri Pematang Sawah

8 Juli 2023   22:18 Diperbarui: 8 Juli 2023   22:41 340
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Liburan. Hari-hari yang terus berkecamuk dengan beragam kesibukan. Setelah tiba saat rehat, disela-sela hari memberi inspirasi untuk si kecil menikmati kehijauan di antara pematang sawah. 

Hari libur telah tiba. Saat rehat sejenak dari kesibukan seperti sebuah rutinitas tahunan yang selalu mencoba mencari tempat baru untuk menenangkan diri. Meski terkadng pergi ke pantai atau ke gunung menjadi pengalaman istimewa setiap anak, tetapi menghabiskan waktu di sawah juga menjadi pengalaman indah untuk dikenang. 

Jika pantai selalu menyediakan pemandangan deburan ombak yang terus-menerus menggoda hati untuk menikmati, pemandangan indahnya gunung dan hijau hutan terkadang menantang untuk dikunjungi. Perjalanan liburan tahun ini, rasanya sangat jauh dari rencana untuk mendaki gunung. Biaya perjalanan yang mungkin terasa mahal, apalagi begitu banyak orang yang bersama-sama akan menikmati keindahan gunung. Selain waktu yang tidak begitu panjang, liburan ini juga musti diisi dengan kunjungan ke rumah kakek dan nenek di kampung halaman. 

Namun, liburan tanpa ke kampung halaman sepertinya begitu sulit untuk dilakukan. Maka, jejak-jejek liburan tahun ini dimulai dengan merencanakan liburan sederhana, murah, menegangkan, dan menimbun pengalaman-pengalaman baru. 

Suasana kampung memang sudah begitu ramai. Karena pembangunan begitu pesat, kampung-kampung halaman yang dulu begitu sepi, jalan-jalan berbatu, kini kehidupan sudah berubah.

Suasana kampung memang sudah begitu ramai. Karena pembangunan begitu pesat, kampung-kampung halaman yang dulu begitu sepi, jalan-jalan berbatu, kini kehidupan sudah berubah. Kampung tidak lagi hadir dengan segala macam kesulitannya, tetapi kampung sudah berubah menjadi seperti kehidupan kota. Keramaian kampung dengan segala macam fasilitas sudah begitu banyak; ada mal dimana, ada rumah makan dimana-mana, ada hotel dimana-mana, ada pusat kebugatan dimana-mana, ada pusat wisata dimana-mana. Kampung menjelma menjadi kota. 

Pemandangan ekol senja hari (Dokpri)
Pemandangan ekol senja hari (Dokpri)

Sungguh beruntung di kampung kami profesi petani masih bertahan. Masih banyak anak muda yang tertarik untuk menggeluti pertanian, meski tanah yang tergarap tak begitu luas. Banyak anak muda yang setia menekuni perkebunan, meski dengan ilmu yang begitu terbatas. Anak-anak muda tangguh yang selalu tekun dalam profesi yang mulai ditinggalkan anak-anak muda yang lebih tertarik untuk menekuni profesi di bidang teknologi, informasi, internet,  dan komputer. 

Liburan di persawahan 

Kami beruntung tahun ini masih bisa menikmati persawahan yang begitu luas, meski ketika liburan tiba ternyata waktu panen telah tiba dan sebagian bahkan telah usai. Sawah-sawah sebagian tak lagi ada tanaman, sawah-sawah ternyata mulai dipersiapkan untuk ditanami sambil menunggu hujan tiba. Sebagian persawahan mulai tanpak padi-padi yang mulai menguning karena keterlambatan waktu penanaman. 

Pagi itu, kami berempat memang berencana untuk pergi ke sawah Nenek. Tanam tiga petak yang yang terletak persis di tengah-tengah persawahan yang maha luas itu memang baru saja selesai dipanen. Biasanya, ketika kakek masih ada, sawah itu selalu dirawat oleh Kakek dengan setianya. Namun, karena Kakek telah tiada dua bulan lalu, sawah Kekek memang digarap oleh saudara. 

Yah, begitulah liburan kami tahun ini, kami isi dengan menikmati persawahan di kampung Kekek. Ternyata menikmati keindahan persawahan bukan hanya menghabiskan waktu di antara petak-petak sawah. Meski perjalanan di pematang selalu selalu menghadirkan sensasi yang berbeda, tetapi di setiap gubuk kami selalu terhenti. Terkadang, mencari beberapa keong sawah, menemukan belalang hijau, atau menggoda burung yang beterbangan menjadi pengalaman yang begitu menyentuh. 

Menyusuri pematang sawah (Dokpri)
Menyusuri pematang sawah (Dokpri)

Terkadang di sela-sela perjalanan kami mengelilingi pematang sawah, sapaan-sapaan petani  yang bekerja di sawah membawa kami untuk terhenti sejenak. Banyak pertanyaan yang terkadang harus kami jawab. Begitulah keramahan petani-petani yang tampak begitu bersemangat dan gembira saat bekerja di sawah. Bahkan beberapa mengajak kami untuk sekadar menikmati gorengan dan teh manis. Ada beberapa ibu-ibu yang menawarkan makan bagi kami. 

Petani-petani itu adalah pejuang sejati yang selalu bekerja bukan hanya untuk dirinya, tetapi menghidupi kami, orang-orang kota yang tak pernah tahu artinya menanam padi.

Begitulah kehidupan di sepanjang perjalanan kami di pematang sawah. Ternyata ada begitu banyak orang yang menerima kami, bahkan mengajak kami untuk menikmati makanan  di sawah. Meski kami tidak kenal, tetapi keramahan petani-petani yang bekerja di persawahan membuat kami semakin dekat dengan kehidupan di persawahan. Petani-petani itu adalah pejuang sejati yang selalu bekerja bukan hanya untuk dirinya, tetapi menghidupi kami, orang-orang kota yang tak pernah tahu artinya menanam padi. 

Menghabiskan waktu menyusuri pematang-pematang sawah adalah liburan sederhana kami tahun ini. Namun, menikmati sepanjang persawahan ternyata bukan hanya pengalaman sederhana. Sepanjang perjalanan sebenarnya kami belajar tentang kehidupan; persaudaraan, perjuangan, kesederhaan dan perhargaan.   

Ternyata sawah-sawah nan luas itu menjadi sekolah dan guru kami selama liburan. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun