Kami beruntung tahun ini masih bisa menikmati persawahan yang begitu luas, meski ketika liburan tiba ternyata waktu panen telah tiba dan sebagian bahkan telah usai. Sawah-sawah sebagian tak lagi ada tanaman, sawah-sawah ternyata mulai dipersiapkan untuk ditanami sambil menunggu hujan tiba. Sebagian persawahan mulai tanpak padi-padi yang mulai menguning karena keterlambatan waktu penanaman.Â
Pagi itu, kami berempat memang berencana untuk pergi ke sawah Nenek. Tanam tiga petak yang yang terletak persis di tengah-tengah persawahan yang maha luas itu memang baru saja selesai dipanen. Biasanya, ketika kakek masih ada, sawah itu selalu dirawat oleh Kakek dengan setianya. Namun, karena Kakek telah tiada dua bulan lalu, sawah Kekek memang digarap oleh saudara.Â
Yah, begitulah liburan kami tahun ini, kami isi dengan menikmati persawahan di kampung Kekek. Ternyata menikmati keindahan persawahan bukan hanya menghabiskan waktu di antara petak-petak sawah. Meski perjalanan di pematang selalu selalu menghadirkan sensasi yang berbeda, tetapi di setiap gubuk kami selalu terhenti. Terkadang, mencari beberapa keong sawah, menemukan belalang hijau, atau menggoda burung yang beterbangan menjadi pengalaman yang begitu menyentuh.Â
Terkadang di sela-sela perjalanan kami mengelilingi pematang sawah, sapaan-sapaan petani  yang bekerja di sawah membawa kami untuk terhenti sejenak. Banyak pertanyaan yang terkadang harus kami jawab. Begitulah keramahan petani-petani yang tampak begitu bersemangat dan gembira saat bekerja di sawah. Bahkan beberapa mengajak kami untuk sekadar menikmati gorengan dan teh manis. Ada beberapa ibu-ibu yang menawarkan makan bagi kami.Â
Petani-petani itu adalah pejuang sejati yang selalu bekerja bukan hanya untuk dirinya, tetapi menghidupi kami, orang-orang kota yang tak pernah tahu artinya menanam padi.
Begitulah kehidupan di sepanjang perjalanan kami di pematang sawah. Ternyata ada begitu banyak orang yang menerima kami, bahkan mengajak kami untuk menikmati makanan  di sawah. Meski kami tidak kenal, tetapi keramahan petani-petani yang bekerja di persawahan membuat kami semakin dekat dengan kehidupan di persawahan. Petani-petani itu adalah pejuang sejati yang selalu bekerja bukan hanya untuk dirinya, tetapi menghidupi kami, orang-orang kota yang tak pernah tahu artinya menanam padi.Â
Menghabiskan waktu menyusuri pematang-pematang sawah adalah liburan sederhana kami tahun ini. Namun, menikmati sepanjang persawahan ternyata bukan hanya pengalaman sederhana. Sepanjang perjalanan sebenarnya kami belajar tentang kehidupan; persaudaraan, perjuangan, kesederhaan dan perhargaan. Â Â
Ternyata sawah-sawah nan luas itu menjadi sekolah dan guru kami selama liburan.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H