Mohon tunggu...
Ari Indarto
Ari Indarto Mohon Tunggu... Guru - Guru Kolese

Peristiwa | Cerita | Makna

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Gita Puja: Doa

17 Juni 2023   20:36 Diperbarui: 17 Juni 2023   20:38 76
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Doa

Panas mencekam, pagi menghilang. Aku melangkahkah kaki,
Menyusuri nisan-nisan, senyap menghilang.
Kami datang bersama, serangkian bunga tergenggam,
Untuk sampaikan pesan kepada Dia.

Duduk bersama nisan kayu dan untaian bunya warna aneka,
Kenangan kita akan sebuah cinta,
Dalam keluarga terbentuk kisah hidup,
Sebagai keluarga setia beranjak lega.

Kami berucap pada Dia,
Terus berucap hingga meluluhlantakkan air mata,
Pagi itu, kami mengirim rangkaian kata untuk Dia,
Untuk dia yang meninggalkanku,
Untuk dia yang memberikanku senyuman,
Pada kata cinta yang tak selesai sesaat.

Aku terus berucap,
Selesai juga meski terus berusap,
Tak kuasa terus memuncak, dalam tetesan air pagi hari,
Sesungguhnya Dia menjadi satu,
Bagi kami,
Yang terduduk kelu,
Memeluk nisan
Mengirim pesan pada Dia.

Ucapku selesai,
Cinta tak usai,
Pada Dia segala tersemai,
setiap lantunan,
adalah doa pada Dia.

Plumbungan di pagi buta, 17 Juni 2023

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun