Mohon tunggu...
Ari Indarto
Ari Indarto Mohon Tunggu... Guru - Guru Kolese

Peristiwa | Cerita | Makna

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Tentang Lelaki yang Berdoa di Depan Sepeda

4 Maret 2023   23:23 Diperbarui: 5 Maret 2023   20:11 123
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(sumber fot0: Dan Fador - Pixabay)

Sepeda tua itu hanya teronggok di depan sebuah rumah. Terlihat mulus dan cantik meski warna mulai memudar. Setiap hari sepeda itu tidak dipakai, dan terus menanti si empunya mencoba menaiki. Puluhan tahun sepeda itu terkayuh dan menemi wanita pujaan. Dua tahun lalu sepeda itu menjadi sahabat setianya. Lelaki tua itu tetap menyimpan sebagai harta istimewa.

Lelaki itu keluar, mendekatkan dirinya pada sepeda. Di tangannya, sebuah telepon pintar menyala dan merekam berbagai suasana di sekelilingnya. Perlahan menggerakkan telepon pintar, dan merekam sepeda di depan rumahnya. Dalam putaran waktu berbeda, di hadapan sepeda, ia terduduk. Telepon pintarnya jatuh, ia tetap terdiam. Dalam secuil kata yang pelan terucap, dalam doa-doa, ia tiba-tiba menyusun kata. 

Sepeda tua
Menahan usia
Menyapa nasib
Padam tanpa jalan

Gulungan waktu
Mengulur senja
Menerawang
Sang pujaan
Kan datang
dalam remang

Sapamu secuil
Senyum
Sembirat duka
Ternganga melebam
Kala kita bersama

Sepeda penanda
Engkau kan hadir
Setia melalu
Menuju membela
Siapa terlena
Terbuai kekelaman
Dan berujung duka

sepeda tua
Hanya penanda
Bahwa engkau
Tiada

Sepeda tua
Terdiam
Tanpa
Kata

Seperti juga
Engkau
Abadi
Dan
Tetap saja
Abadi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun