Hari ini, 25 November 2022, bukan hari Jumat biasa. Mendekati akhir minggu memang menjadi hari yang menyenangkan. Apalagi, hari ini sebagai seorang guru, kami  mendapatkan surprise dari anak didik. Sebuah peristiwa langka yang selama ini tidak terjadi.Â
Tahun-tahun sebelumnya, setiap 25 November, mesti diperingati sebagai Hari Guru, tidak ada acara istimewa untuk merayakan sekaligus memperteguh panggilan sebagai seorang guru. Profesi yang begitu mendalam, menusuk sampai hati yang terkadang menjadi lupa keluarga, lupa kebutuhan, dan lupa kehidupan. Profesi yang oleh banyak orang tidak pernah menjadi pilihan, hanya semacam profesi cadangan yang tak pernah diimpikan.Â
Hari Guru sendiri mulai ada sejak tahun 1994, ketika mulai berlakunya Keputusan Presiden No. 78 tahun 1994 tentang penetapan hari lahir Persatuan Guru Republik Inodnesia (PGRI) sebagai  Hari Guru Nasional.Â
Perjalanan organisai guru memang begitu panjang, dimuai tahun 1912 Persatuan Guru Hindia Belanda PGHB) menjadi cikal bakal organsiasi guru saat ini. Organisasi guru inilah yang menjadi cikal bakal lahirnya hari Guru Nasional. Tujuannya jelas, yakni sebagai apresiasi atas apa yang telah dilakukan guru-guru di Indonesia dalam berjuang sekut tenaga untuk memajukan pendidikan di Indonesia.Â
Pagi ini, tiba-tiba beberapa siswa mendekati saat sejenak kami bersendau gurau di kelas, karena memang hari ini tidak ada pelajaran seperti biasa.  Hari Guru diisi dengan berbagi cerita berbagai pengalaman. Satu per satu, kami berbagai cerita.  Perlahan beberapa anak mendekati, mengangkat tangan, dan  mengucapkan selamat Hari Guru. Siswa satu kelas pun menyahut dan mengucapkan Hari Guru. Kelas riuh. Bunga di tangannya diberikan dan perlahan berpindah tangan. Tangan ini terasa kelu untukk menerima bunga dan terselip sebuah kartu ucapan.Â
Bunga ini memang abadi. Jika bisanya memberikan bunga dalam bentuk alami. Hari ini menerima bunga plastik. Bukan berkurang dalam makna, tetapi menegaskan kembali bahwa seorang guru tidak akan pernah dimakan usia, akan terus terasa indah, dan akan terus menampakkan kecantikannnya, seperti sebuah kehidupan. Itulah perlambang bunga plastik.Â
Guru Gembira
Rasanya 20 taun menjadi guru, belum pernah mendapatkan hadiah keabadian yang begitu istimewa. Belum terhenti dengan bunga, seluruh guru pun menerima surat cinta dari murid. OSIS memang mengoordinasi agar seluruh siswa membuat surat cinta yang ditujukan kepada seorang gutu. Syukurlah kami semua menerima surat cinta itu. Perasaan  bangga, kehangatan, kebahagiaan, dan sekaligus kegembiraan terekam dalam diri kami masing-masing guru.Â