Realita tak terbantahkan dan pengalaman nyata yang menjadikan setiap perjumpaan bermakna sebenarnya membuktikan bahwa setiap generasi selalu mempunyai cerita berbeda.
Kanisian "nyantri" hari ke-2. Pukul 04.00 Kanisian satu per satu mulai membuka mata. Tidak seperti biasanya, hampir sebagian sudah harus bangun pagi untuk berbagi waktu mandi. Di asrama itu, hanya ada dua kamar mandi. Kamar mandi bersih dan terawat terletak di ujung asrama. Sementara, Santri mengumandangkan doa-doa pagi di masjid dekat asrama Santri.
Kanisian-Santri bergabung untuk kegiatan utama pagi itu; sarapan pagi. Cepat-cepat rantang disiapkan dan perlahan seluruh Kanisian sudah siap untuk antre sarapan pagi. Meski ruang tidak begitu luas, duduk berhimpitan dengan santri, mereka pun asyik menikmati menu pagi.
Tiga puluh menit waktu berlalu. Segera seluruh Santri dan Kanisian harus mempersiapkan diri untuk masuk kelas. Pagi itu, mereka akan mengikuti pelajaran di kelas. Sebagian Kanisian siap dengan pakaian ala santri lengkap dengan peci, sebagian berbaju batik, dan sebagian ada yang tetap pakai sarung. Yah, anak-anak Kanisius ini merasa seperti Santri.
Kelas Penuh, Kelas Riuh
Pagi itu seluruh kelas terlihat penuh. Jika biasanya hanya ada 20-an siswa, pagi itu hampir 40 siswa mengisi ruang berukuran 12 x 12 meter tersebut. Begitulah, karena harus duduk berhimpitan, pada akhirnya kelas itu terlihat berisik seperti pasar pagi. Suasana itu pun terhenti ketika pelajaran dimulai. Pagi itu, pelajaran tentang hukum Islam (fikih). Karena ketidaktahunan Kanisian, begitu banyak pertanyaan yang akhirnya bermunculan. Dua jam berlalu dengan diskusi tiada henti.
Dua jam sudah akhirnya bel berbunyi. Pelajaran kimia menanti, Santri - Kanisian siap unjuk gigi. Karena pelajaran kimia selalu dipenuhi latihan dan latihan, mereka silih berganti untuk menyelesaikan soal, tertantang untuk bisa.
Tidak terasa seharian mengikuti pembelajaran di kelas. Ekskursi dengan tema “Bersatun dalam keberagaman” ini adalah cara SMA Kanisius mengambil peran nyata pendidikan dalam memeluk keberagaman. Model pendidikan yang diarahkan untuk menjadikan toleransi sebagai urat nadi persatuan dan kebhinekaan. Proses pertemuan di kelas seperti miniatur kecil bagaimana belajar tidak kenal latar belakang, pun dengan keyakinan.
Berkenalan dengan Santriwati
Acara utama hari itu; makan siang dan sholat. Rutinitas yang tak bosan untuk terus dilakukan, tiada henti. Dalam satu jam pun berlalu dengan obrolan bermacam-macam. Tiba-tiba seluruh Kanisian dikumpulkan dan dibentuk dalam tiga kelompok. Ternyata, acara surprise ini adalah cerita siang bersama Santriwati. Tidak terduga, acara ini memang tidak ada dalam rencana seperti sediakala. Kami terkejut, meski pada akhirnya harus pelan-pelan kami berkumpul di tiga tempat; kelas, gedung serbaguna, ruang pertemuan. Yah, acara seperti ini memang selalu ditunggu-tunggu apalagi bagi anak Kanisius.
Bagaimana mereka berinteraksi melalui diskusi? Canggung, jaim, malu, takut dan segala macam rasa. Karena tidak terbiasa. Namun, pada akhirnya suasana mencair. Butuh waktu beberapa saat untuk kami on. Cerita tentang organisasi di sekolah ternyata tidak cukup 30 menit dilanjutkan bercerita tentang bagaimana studi lanjut setamat SMA. Banyak cerita, dari keinginan kuliah di luar negeri, kuliah di universitas negeri, beasisa dan biaya kuliah. Semuanya bersahutan untuk bisa bercerita. Rasanya cerita itu tak bisa terhenti. Meski pada akhirnya waktu harus memupus emosi dan rasa. Waktu yang 1,5 itu tidak terasa. Rasa penasaran pada Kanisian untuk bisa ngobrol dengan Santriwati pun terjawab. Keramahan, ketulusan, keterbukaan begitu melekat dalam setiap kata yang diceritakan.
Pukul 15.00 acara selesai, sempat molor 30 menit. Setelah Kanisian -Santriwati berfoto bersama, ada waktu istirahat dan sholat. Pukul 16.00 acara heboh dimulai kembali. Kanisian mempersiapkan untuk latih tanding, meski bukan antarsekolah. Kami berkolaborasi untuk saling mengalahkan, dalam olah raga, voli, futsal dan basket. Bergabung dalam tim, menikmati olah raga. Dan seluruh Santri pun bergabung dan melihat kolaborasi ini. Suasana begitu riuh dan menggembirakan; menyusun strategi bersama, mewujudkan tujuan bersama, dan berteriak bersama sama. Waktu yang 3 jam ternyata tidak terasa.