Mohon tunggu...
ARI INDAH LESTARI
ARI INDAH LESTARI Mohon Tunggu... -

Saya adalah seorang mahasiswi

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

G ....

7 November 2014   02:56 Diperbarui: 17 Juni 2015   18:26 20
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sore ini begitu hangat. Panasnya sinar matahari diterpa oleh besarnya tiupan angin sore. Kali ini pandanganku tertuju pada sebuah taman kecil depan kelas. Terlihat sesosok Pria berkulit putih beralis tebal. Ya G namanya. Dia adalah Temanku sejak SD kelas 1. Kali ini Dia menungguku di taman.

“Hai G “ Sapaku. Dia hanya tersenyum kecil seakan mengejekku. Kali ini Kau begitu menyebalkan. Haaaaaaaaaaaaaaa... . (Gerutuku). Kenapa juga senyum-senyum segala kalau cuma untuk ngejek Aku .

“Kenapa Kamu cemberut gitu. Memangnya Aku salah.”

“Ya Kamu memang salah. Coba kamu bayangkan. Aku datang saja kamu senyum-senyum kayak mengejek Aku. Memangnya kau kira Aku bodoh apa. Tidak tahu semua itu.”

Dia mendekatiku dan berkata “ kau memang bodoh. Lihat saja juara kelas saja bisa kau dapatkan dengan mudah. Betapa bodohnya Kau.”

“Terus masalah bagi Kamu. Ini kan juga keinginan besar Aku.”

“Dasar ambisius, idealis”

“Et, jangan pernah katakan Aku perfeksionis. ya.” Sanggahku. “Dasar. Kau juga kan Anak perfeksionis.” Tambahku

Ah....rencananya kan belajar, bukan ngobrol kok sekarang malah keasikan ngobrol sich.”

Akhirnya Kami belajar juga. Kali ini Kami belajar matematika. Ya pelajaran yang sama-sama kami sukai. Log334=.................???????????????? . “Apa ya jawabannya ?” . Ya meskipun jurusanku IPS Dia tetap mengajariku materi tentang matematika IPA katanya sich agar ilmunya banyak. Sebagai gantinya Dia juga memintaku untuk mengajarinya matematika IPS .

.......................

Hampir setiap saat Kami bertemu tak pernah kulihat wajahnya sekusut ini. Kali ini benar-benar mengejutkan. Memang kali ini Dia tak mengajakku bertemu namun tanpa sengaja ku lihat Dia merenung sendirian di taman biasa Kami berjumpa. Kali kini Aku tidak ingin mengganggu renungannya. Apa yang sebenarnya terjadi padanya. Apakah Dia terluka lagi sehingga Dia tidak mau membagi masalahnya denganku. Semoga lukanya tak separah yang dulu. Aku selalu berharap Kau baik-baik saja, G . Kuputuskan untuk segera pulang dan Setibanya di rumah membuka internet.

Saat kubuka internet sore itu,di kamarku. Ku teringat Kau tadi terlihat termenung sendirian. Mungkinkah ini yang menjadi masalahmu.

.......................

Disaat gencar-gencarnya kau dibahas di dunia maya. Aku mulai menjadikanmu pusat perhatian. Kini berbagai isu muncul setiap hari. Siapa yang membuatmu seperti ini. Inginku menghiburmu. Ku teringat Kau pernah tuangkan ini semua dalam sebuah lirik lagu. Kau katakan semua Orang iri terhadapmu,Karena kau punya sesuatu yang lebih dari apa yang mereka punya. Kau selalu di sorot. Sepuluh tahun sudah berlalu dan sebagian impianmu sudah terwujud. Namun keadaan tetap sama. Sekali lagi bahkan berulang-ulang kali Kau disorot kembali.

Kau memang muda dan jenius. Segudang prestasi telah Kau ukir dalam sebagian hidupmu. Mungkin benar, Mereka iri kepadamu bahkan mungkin membencimu. Kau katakan, Kau seperti tenggelam dalam kesepian yang begitu dalam saat puncak popularitas mulai menghampirimu. Kau terlihat kembali teteskan air mata dingin. Seakan menyerah terhadap keadaan. Kibarkan bendera kekalahan.Dimana gerangan Kau berada sekarang. Disini memang tubuhmu. Benar-benar tubuhmu. Namun Kau tidak seperti matahari yang pernah ku kenal. Kemanakah sifat aslimu melayang. Kemanakah G.

Kau pernah berkata, Kau tak bisa lupakan mimpi itu. Apa Kau sudah lupa akan janjimu. Kau bukan anak kecil lagi,yang bisanya menyerah terhadap keadaan.Tengoklah kebelakang dimana Seseorang ingin memasukkanmu kembali ke dalam jurang kegelapan. Marijuana. Bahkan ketika kabar burung beterbangan, berkicau bahwa kau telah musnah. Kau pun bangkit ‘tuk membantahnya. Tapi sekarang kenapa Kau serapuh ini.Meskipun badanmu kecil setidaknya Kau tidak akan serapuh ini. Keluarkan suaramu. Goncangkanlah dunia. Jangan diam saja. Maka bangkitlah. Bangkitlah sekarang jua. Janganpernah lupakan impian masa kecilmu. “ Too fast to live,too young to die “ . Jangan sampai ukiran ditubuhmu ini menghilang. Bagai diterpa angin terbang ke awan.” Vita dolce ” harus terwujud.

Maka tataplah dunia kembali dan tersenyumlah lebar. Ukirlah sekali lagi kata pada tubuhmu. “ Forever young and mind control ” . Kendalikan emosimu. Sembunyikan bahkan hentikan kerapuhan ini. Bakar bendera kekalahan itu. Matahariku harus tetap bersinar. Janganlah pernah lari dari kabut gelap lagi. Melainkan terangilah kabut ini dengan sinarmu , G .

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun