akhir-akhir ini, kata evaluasi koalisi begitu sering diucapkan oleh para petinggi partai demokrat, seiring dengan semakin memanasnya suhu di pansus century.
meskipun serangan balik ke arah pansus sudah dilakukan, yang berujung pada penarikan anggota pansus dari PKB dan PAN, namun tampaknya pihak demokrat masih saja merasa belum puas.
penempatan si poltak untuk merecoki anggota pansus yang lain agar tidak fokus pada pengungkapan kasus ini tampaknya tidaklah terlalu signifikan hasilnya, yang terjadi hanya membuat namanya semakin terkenal saja,  meski bukan makin terkenal karena prestasi dan kinerjanya sebagai wakil rakyat yang memperjuangakan kepentingan konstituennya, tapi  kini orang makin kenal dengan dirinya, si poltak yang mengucapkan kata "bangsat" di gedung senayan.
evaluasi koalisi, kata itu sering diucapkan dengan mengacu pada sikap beberapa anggota pansus dari partai-partai peserta koalisi yang dianggap kritis kepada boediono dan sri mulyani, bahkan dinilai menghina atau menyerang mereka berdua.
sikap yang ditunjukkan oleh beberapa anggota pansus peserta koalisi itu, dinilai oleh para petinggi demokrat sebagai sikap yang menciderai koalisi, karena bagi para petinggi demokrat, peserta koalisi itu harusnya membela boediono dan sri mulyani, bukan malah kritis apalagi menyerang mereka berdua.
jujur saja apa memang seperti itu arti koalisi, sekedar menjadi bemper bagi pemerintah semata, sehingga apapun yang dilakukan oleh pemerintah harus dibela dengan cara apapun?
dan jika memang ingin bersikap kritis maka harus keluar dari koalisi?
apakah koalisi memang mensyaratkan ketundukan 100 % peserta koalisi pada keinginan sebuah partai tertentu saja?
bukankah koalisi yang dibangun oleh partai-partai itu artinya mereka punya posisi yang sejajar dalam hubungan koalisi itu, sehingga apapun tidak bisa sebuah partai peserta koalisi dengan seenaknya menghakimi partai yang lain, apalagi menuduhnya mengkhianati koalisi?
kadang muncul keheranan dengan melihat komentar-komentar yang diucapkan oleh si poltak dan kawan-kawan itu yang menandaskan bahwa koalisi berarti harus membela boediono dan sri mulyani itu, sebab jika petinggiu demokrat mengartikan koalisi dengan cara berfikir yang mau menang sendiri dan terkesan ngawur itu, jangan-jangan akhirnya para partai peserta koalisi yang dituduh berkhianat itu akan menjawab tuduhan itu dengan cara berfikir yang sama dan ngawur juga :
" hei poltak, kami dulu itu koalisi dengan tanda tangan kontrak politik itu antara para ketua umum  partai, dan seingatku dulu boediono dan sri mulyani tidak ikut tanda tangan kontrak politik koalisi, ngapain kami harus membela mereka"