Sejak aksi penentang Amien Rais yang berupa aksi klenik “ruwatan” yang dilaksanakan minggu yang lalu, tanggapan dari pendukung Amien Rais ternyata seragam, baik dari kalangan partai maupun dari kalangan kultural, yaitu melaporkan kepada pihak kepolisian.
Bagi para penentang Amien Rais, tentu tak mengira bahwa aksi mereka akan berbuntut panjang, tak kurang dari anggota Fraksi PAN DPRRI mendatangi langsung Mabes Polri untuk bertemu langsung dengan kabareskrim guna mendorong agar pihak kepolisian segera menuntaskan kasus tersebut.
Seorang anggota FPAN, yang sekaligus Ketua Umum PP Pemuda Muhammadiyah, Saleh Daulay dalam pernyataan yang dikutip berbagai media dengan jelas menyatakan, kalau para penentang Amien Rais itu hanya melakukan aksi unjuk rasa biasa, demo, mau mengerahkan massa berapapun dipersilahkan, namun, dalam aksi yang bertajuk klenik itu, batas toleransi sudah dilanggar, bagi pendukung Amien Rais, terutama yang berasal dari penganut Muhammadiyah, aksi klenik tersebut telah mencederai ajaran agama Islam, karena bertentangan dengan prinsip tauhid, yang merupakan fundamen ajaran Islam sebagaimana pemahaman Muhammadiyah.
Maka tak heran, kegusaran dari berbagai kalangan langsung bermunculan setelah aksi itu muncul di media. Ini yang mungkin tidak disadari oleh para dalang di belakang aksi klenik tersbut, mungkin karena mereka mempunyai pemahaman agama yang berbeda dengan warga Muhammadiyah, menganggap klenik itu biasa, dan mungkin sudah menjadi kegiatan sehari-hari mereka, maka tanpa berfikir bahwa ada golongan lain yang punya pemahaman berbeda dengan mereka, maka tanpa fikir panjang mereka lakukan aksi klenik tersebut untuk menunjukkan sikap politik mereka kepada Amien Rais.
bicara soal dalang dibalik aksi terhadap Amien Rais ini juga menjadi menarik, karena sebenarnya sangat mudah terbaca pihak mana yang selama ini terlihat berseberangan dengan Amien Rais secara politik. apalagi aksi kepada Amien Rais ini, yang dilakukan di depan rumahnya di Sleman ini bukan aksi yang pertama. beberapa waktu yang lalu, ada juga aksi yang dilakukan oleh Repdem, salah satu sayap partai yang berseberangan dengan Amien Rais secara politik. aksi mereka dilakukan dengan alasan mengantar seorang tukang becak yang sedang menjalankan aksi jalan kaki dari jatim ke Jakarta. dan sebelum serta sesudah aksi itu dijalankan, para rombongan aksi itu terlebih dahulu melakukan konsolidasi di kediaman seorang tokoh politik lokal Sleman, yang tentunya berasal dari partai induk organisasi Repdem tersebut.
yang menjadi pertanyaan, mengapa aksi terhadap Amien Rais menjadi begitu penting bagi organ partai tersebut, ini tentu ada alasannya, tak semata karena perbedaan sikap politik semata, sebab jika hanya semata karena perbedaan politik, tentu yang dijadikan sasaran bukan hanya Amien Rais semata, tapi juga tokoh-tokoh KMP lainnya, serta yang melakukan aksi pasti bukan hanya dari salah satu partai semata, tapi juga dari partai koalisinya.
ini menjadi menarik jika kita kaji bukan hanya dari cara pandang politik nasional semata, pertarungan antara kubu koalisi merah putih dimana Amien Rais terlibat di dalamnya yang berhadapan dengan koalisi Indonesia hebat dimana partai yang massanya melakukan aksi terhadap Amien Rais ada didalamnya, dan menjadi tulang punggung koalisi.Kalau bicara secara nasional, tokoh-tokoh KMP tentu berjibun jumlahnya, tak hanya Amien Rais saja, namun yang tinggal di seputaran Yogyakarta memang hanya Amien Rais, ini menjadi salah satu faktor mengapa di Yogya hanya Amien Rais yang menjadi sasaran aksi.
Namun tentu ada alasan lagi, yaitu soal mencari muka, ya mencari muka. Jadi jika kita sedang bergabung dengan sebuah kelompok tertentu kemudian kelompok kita sedang “bermusuhan” atau bertentangan dengan kelompok yang lain, maka adalah sebuah kewajaran bagi kita untuk mencari muka kepada para petinggi kelompok kita dengan cara kita tunjukkan kalau kita berani melawan kelompok musuh, apalagi dengan menunjukkan kita berani melawan tokoh utama kelompok musuh.
Nah kira-kira seperti itulah perbandingan yang ada mengenai aksi – aksi terhadap Amien Rais akhir-akhir ini, apalagi Sleman saat ini sudah mendekati ajang pilkada yang rencananya akan dihelat tahun depan, seiring dengan berakhirnya masa jabatan bupati yang saat ini menjabat. Maka tak heran karena saat ini partai yang begitu getol menunjukkan “permusuhan” dengan Amien Rais sedang dalam tahap penjaringan jago yang akan diajukan di pilkada tahun depan, maka tak heran banyak pihak di internal partai itu yang berkepentingan untuk mencari muka agar dia atau kliknya di partai yang diajukan oleh partai menjadi cabup tahun depan. Dan salah satu cara mencari muka yang bisa dilakukan adalah dengan cara memperlihatkan keberanian melawan tokoh utama lawan politik bos besar mereka.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H