Mohon tunggu...
ari imogiri
ari imogiri Mohon Tunggu... Administrasi - warga desa

suka aja mengamati berita-berita politik

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pangeran Diponegoro: Bersurjan atau Bersurban?

23 September 2024   15:55 Diperbarui: 23 September 2024   16:02 46
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Seri Sejarah

Pangeran Diponegoro : Bersurban atau Bersurjan

Beberapa waktu terakhir masif kita temui postingan di sosial media tentang gambar Pangeran Diponegoro yang mengenakan pakaian adat Jawa yaitu surjan. Sebenarnya tidak ada yang mengejutkan terkait hal tersebut, karena bagaimanapun sosok Pangeran Diponegoro adalah seorang bangsawan kraton, sehingga sangat lumrah jika dalam acara-acara di kraton mengenakan pakaian surjan, dan kemudian suatu hari ada seorang abdi dalem kraton yang menggambarnya saat Pangeran Diponegoro sedang mengenakan baju surjan tersebut.

Namun, yang cukup mengusik dari postingan-postingan tersebut adalah tudingan tendensius terkait gambar Pangeran Diponegoro yang mengenakan surban sebagai pemutarbalikan atau pembelokan sejarah. Dikatakan bahwa penggambaran Pangeran Diponegoro bersurban adalah bukan fakta sejarah namun dilakukan oleh kaum baallawi. Lalu apakah tudingan tersebut adalah tepat? Untuk mengujinya tentu kita harus menelusurinya dengan seksama.

Gambar Pangeran Diponegoro bersurban, pertama kali ternyata diperoleh dari hasil penggambaran yang dilakukan oleh seorang hakim Belanda yang bernama Adrianus Johannes Jan Bik. Meski berprofesi sebagai seorang hakim, namun ternyata Johannes Jan Bik mengawali karirnya sebagai seorang seniman lukis. Ia mengawali karir seni lukisnya sebagai seorang pelukis piring porselen di Eropa. Pada sekitar tahun 1821, Jan Bik mencoba peruntungan dengan merantau ke Hindia-Belanda bersama dengan adiknya, yakni Jannus Theodorus. Di Hindia, dirinya kemudian dijadikan seorang hakim di kota Batavia.

Pada tahun 1830, pasca Pangeran Diponegoro yang kala itu baru saja ditipu dan ditangkap oleh pasukan Belanda ditahan di balai kota di Batavia. Sebagai hakim kota di Batavia, Jan Bik bertugas untuk mengawasi Pangeran Diponegoro. Di sela-sela pengawasannya itulah, Jan Bik melukis sang pangeran di kamar tahanannya sebelum ia diasingkan ke Sulawesi. Jan Bik justru melukis Pangeran Diponegoro secara detil dan teliti. Hasilnya, jadilah sebuah sketsa Pangeran Diponegoro yang menampilkan sang pangeran sebagai sosok seorang panglima perang dan juga ulama. Bertahun kemudian, lukisan Pangeran Diponegoro buatan Jan Bik itu kemudian diberikan kepada Rijksmuseum, Belanda dan disimpan sampai sekarang.

Dibanding dengan lukisan Raden Saleh yang fenomenal, lukisan Jan Bik diakui memang lebih detil, hal ini tentu dikarenakan Jan Bik melukisnya langsung di hadapan Pangeran Diponegoro. Sementara lukisan monumental Raden Saleh yang berjudul Penangkapan Pangeran Diponegoro baru dilukis pada tahun 1847 dan tidak dilakukan dengan melukis di hadapan Pangeran Diponegoro yang pada tahun tersebut berada di pengasingan.

Dengan bukti lukisan dari Jan Bik ini maka berarti tudingan bahwa lukisan Pangeran Diponegoro yang memakai surban adalah hasil pembelokan sejarah oleh kaum baallawi jelas terbantahkan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun