Seri Politik
Varian Sosiologis Warga Muhammadiyah dan Sikap Politiknya.
Pilpres tahun 2024 kian mendekat, Â dinamika politik juga begitu cepat berubah serta penuh dengan berbagai kejutan- kejutan. Terakhir adalah hengkangnya kader militan PDIP, Maruarar Sirait, padahal ayahnya adalah salah satu pendiri PDIP, Sabam Sirait.
Migrasi pilihan politik yang terjadi seiring mendekatnya hajatan pilpres memang semakin menarik untuk diikuti dan diamati. Tak terkecuali juga membaca bagaimana arah suara politik dari warga Muhammadiyah, sebagai salah satu komponen besar warga negara ini.
Kali ini kita akan fokus untuk membaca arah suara warga Muhammadiyah di Jawa Timur, salah satu provinsi yang menjadi battle ground dalam setiap ajang pilpres. Jawa Timur, sebagaimana kita tahu adalah salah satu kantong suara terbesar dalam pemilu selain Jawa Barat dan Jawa Tengah. Apalagi, 2 dari 3 cawapres yang berlaga di pilpres kali ini berasal dari Jawa Timur, yaitu Cak Imin dan Mahfud MD. Maka menjadi semakin menarik diikuti bagaimana semua kubu koalisi yang ada mencoba untuk memenangkan suara di Jawa Timur.
Oktober 2023 yang lalu Lembaga Hikmah dan Kebijakan Publik (LHKP) Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jawa Timur sebagai lembaga yang membidangi urusan politik memaparkan hasil survei internal yang dilakukan oleh Tim Survey Laboratorium Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) untuk membaca arah politik warga Muhammadiyah dan secara umum warga Jawa Timur di pilpres 2024.
Dan dari survei yang dilakukan, nama Ganjar Pranowo menjadi capres yang paling banyak dipilih warga Muhammadiyah Jawa Timur dengan persentase sebesar 34,4 persen. Sementara Anies Baswedan dan Prabowo Subianto memiliki elektabilitas yang sama yaitu di angka 31,3 persen. Sementara untuk pilihan partai, sebanyak 21,9 persen warga Muhammadiyah Jawa Timur memilih Gerindra, 18,8 persen memilih PKS, 18 persen memilih PAN, dan sisanya tersebar ke berbagai partai lainnya.
Temuan dari Survei dari oleh UMM ini menarik, karena justru Ganjar yang diusung oleh partai PDIP, partai yang bercorak nasionalis, yang meraih dukungan tertinggi. Ini menarik, karena kemudian mengingatkan kita dengan salah satu varian sosiologis warga Muhammadiyah sebagaimana pernah disampaikan oleh salah satu pemikir top Muhammadiyah, Abdul Munir Mulkhan, yaitu varian Muhammadiyah Nasionalis (Munas) atau Muhammadiyah Marhaen (Mumar).
Abdul Munir Mulkhan secara sosiologis membagi warga Muhammadiyah dalam 3 varian, yaitu : Muhammadiyah Marhaen/Muhammadiyah Nasionalis, Muhammadiyah NU, dan Muhammadiyah Ahmad Dahlan.
Muhammadiyah Nasionalis (Munas), merupakan tampilan dari warga Muhammadiyah yang secara kultural adalah pengagum Soekarno (Bapak Marhaen) walaupun tetap berkiblat ke KH. Ahmad Dahlan (Pendiri Muhammadiyah) pada paham dan prilaku keagamaan. Kelompok ini lebih cenderung pilihan politiknya ke kelompok politik nasionalis.
Muhammadiyah NU (MuNu), merupakan tampilan warga Muhammadiyah yang secara kultural masih mengikuti tradisi kultural jamaah Nahdliyyin (NU) seperti tahlilan dan sebagainya. Kelompok ini relatif moderat sikap politiknya, tidak fanatik kepada kelompok politik tertentu.Â