Mohon tunggu...
ari imogiri
ari imogiri Mohon Tunggu... Administrasi - warga desa

suka aja mengamati berita-berita politik

Selanjutnya

Tutup

Politik

Politik Kita Memang Unik

15 Januari 2024   14:15 Diperbarui: 15 Januari 2024   18:46 87
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

di negara seperti amerika aktor politik yang bertarung di kancah pemilu guna memperebutkan kursi kekuasaan di negeri paman sam tersebut secara mudah terbagi dalam 2 kutub yang mudah dibedakan kebijakan politiknya, ada kutub konservatif yang diwakili oleh partai republik dan ada kutub liberal yang diwakili oleh partai demokrat.

sementara di negeri kita, awalnya ada 3 kutub ideologi besar yang mewarnai perpolitikan, yaitu nasionalis, islam dan sosialis, sebagaimana tercermin dalam hasil pemilu pertama tahun 1955. Namun seiring waktu di masa orde baru, dengan diberlakukannya azas tunggal, maka lambat laun 3 ideologi yang awalnya mewarnai dunia perpolitikan tanah air menjadi relatif mencair.

pasca reformasi 1998, meski partai politik tumbuh bak cendawan di musim hujan, namun satu dengan yang lain relatif tidak terlalu beda warnanya. meski secara resmi ada partai yang mengklaim berideologi nasionalis, islam, namun dalam praktik kekuasaan tidak ada beda kebijakan yang diterapkannya.

di era esbeye, yang banyak didukung oleh partai-partai islam dan partai berbasis massa islam tak jauh beda kebijakan yang diambilnya dibanding saat era mega yang ditopang partai nasionalis. pun juga saat jokowi berkuasa, kebijakan yang diambil juga tak jauh beda dengan saat esbeye berkuasa. BLT era esbeye yang dikritik keras oleh pdip nyatanya tetap diberlakukan di era jokowi. Kenaikan harga BBM di era esbeye yang dikritik keras oleh pdip nyatanya juga diberlakukan di era jokowi.

kini, jelang jokowi habis masa jabatannya, dan pemilihan calon penggantinya sedang memasuki masa kampanye, nyatanya semua kubu yang ada termasuk di dalam koalisi penopang rezim jokowi. nasdem sebagai die hard jokowi bergandeng tangan dengan pkb yang juga bagian penyokong rezim jokowi sejak periode pertama ditambah satu partai sebagai penambah kekuatan yaitu pks, mengusung  anies baswedan, mantan jubir dan menteri jokowi sebagai capres, dan cak imin ketua partai penyokong jokowi sejak awal sebagai cawapres. sementara partai jokowi, yaitu pdip bersama ppp mengusung ganjar sebagai capres dan menteri jokowi, mahfud sebagai cawapres. terakhir, mantan rival jokowi di 2 kali pilpres yang kini jadi menteri kepercayaan jokowi, prabowo diusung sebagai capres oleh gerindra, golkar, pan yang merupakan bagian koalisi penyokong jokowi dan ditambah demokrat dengan cawapresnya adalah anak jokowi, gibran.

dengan komposisi 3 kubu yang semuanya terhubung dengan rezim kekuasaan, maka situasinya menjadi unik, karena sulit ditemui hal seperti ini terjadi di negara lain. kembali ke awal, jika di amerika, pilpres yang terjadi pasca periode kedua seorang presiden pasti akan menampilkan 2 tema besar yaitu continuity melawan change. nah, di pilpres negara kita kali ini, dengan komposisi seperti terpetakan di atas maka sangat tidak mungkin ada yang bisa mewacanakan tema change, karena tidak ada satu kubu pun yang tidak terkait dengan rezim saat ini. sehingga dengan begitu, siapapun yang bakal memenangkan pilpres mendatang, maka partai-partai yang berkuasa ya tidak akan jauh berbeda dengan partai-partai yang berkuasa saat ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun