Pengalaman sejarah pilpres 2014 dan 2019 dengan hanya ada 2 pasangan yang kemudian memunculkan polarisasi begitu kuat di tengah masyarakat masih menyisakan bekas yang belum benar-benar hilang hingga menjelang pilpres 2024 saat ini.Â
Sentimen anti penguasa dan dan sebaliknya sikap pembelaan secara berlebihan terhadap penguasa terus terjadi. Tidak bisa dipungkiri di antara kelompok masyarakat yang terhanyut dalam arus polarisasi tersebut adalah sebagian warga Muhammadiyah.Â
Sekali lagi sebagian warganya bukan Muhammadiyah secara organisatoris dengan segala pemikiran dan kebijakannya. Meskipun para elit Muhammadiyah tidak henti- hentinya menyerukan untuk menyudahi polarisasi tersebut namun fakta di lapangan berbicara sebaliknya.Â
Apalagi di era gempuran perang opini dan propaganda yang nyaris tanpa henti 24 jam sehari lewat media sosial. Tak jarang grup-grup wa yang biasanya berisi tausyiah dan dakwah bergeser menjadi serasa menjadi grup-grup timses capres.
Dalam menghadapi pemilu 2024 pilihan politik warga Muhammadiyah jelas tidak mungkin monolitik. Sikap organisasi yang netral dan menganjurkan warganya untuk tetap menggunakan hak politiknya menjadikan para aktor persyarikatan bebas menentukan pilihan sesuai dengan seleranya. Ada yang menggunakan hak politik dengan rasional, ada yang transaksional, namun ada pula yang melabuhkan pilihan karena dorongan sentimen emosional.
Di dataran elit aktivis Muhammadiyah bisa kita saksikan bermunculan kelompok-kelompok relawan dari warga Muhammadiyah untuk mengekspresikan sikap politik mendukung capres tertentu.Â
Ada relawan MU Perubahan yang dipimpin Beni Pramula mantan petinggi IMM dan Garda Matahari yang dipimpin Azrul Tanjung, pimpinan majelis lingkungan hidup PP Muhammadiyah berlabuh di capres 01.Â
Kemudian ada relawan Matahari Pagi yang dikomandoi oleh Sutia Budi wakil rektor ITB Ahmad Dahlan dan Bergerak 1912 yang dipimpin oleh Najih Prasetyo Sekum PP Pemuda Muhammadiyah berada di kubu capres 02.Â
Sementara sejauh ini belum ada relawan dari warga Muhammadiyah yang dibentuk guna mendukung capres 03 meski ada elit seperti Faozan Amar dan Cak Nanto mantan ketum PP PM yang aktif mendukung capres 03.
Kemudian dari beberapa survei dapat kita baca bahwa pilihan warga Muhammadiyah juga tersebar kepada 3 paslon yang ada, Poltracking dalam surveinya di bulan November 2023 mencatat bahwa Prabowo Gibran disebut meraih dukungan dari warga Muhammadiyah mencapai 42,3 persen.Â
Pasangan Anies Muhaimin meraup dukungan sebesar 30,8 persen dari kalangan Muhammadiyah. Sementara Ganjar mendapat dukungan sebesar 23,1 persen dari warga Muhammadiyah.Â