Mohon tunggu...
ari imogiri
ari imogiri Mohon Tunggu... Administrasi - warga desa

suka aja mengamati berita-berita politik

Selanjutnya

Tutup

Joglosemar

Pendidikan Karakter, Kunci Persatuan dan Kesatuan Bangsa

22 Juli 2023   19:08 Diperbarui: 22 Juli 2023   23:06 128
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Joglosemar. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com

Dengan mengambil tempat di Resto Bukit Cubung, Jatirejo, Lendah, Kulonprogo pada Sabtu 22 Juli 2023, anggota MPR RI Fraksi PAN Ir. Ibnu M Bilaludin melaksanakan kegiatan Sosialisasi 4 Pilar yang kali ini diikuti oleh sekitar 150 peserta yang merupakan perwakilan tokoh masyarakat dari Kecamatan  Lendah dan sekitarnya dengan mengambil tema tentang Pendidikan Karakter untuk menguatkan 4 Pilar Kebangsaan. Diantara tamu undangan yang hadir, tampak hadir Wakil Ketua DPRD Kabupaten Kulonprogo, Ponimin bersama anggota Fraksi PAN DPRD Kulonprogo.

Dalam pengantar awalnya, Ir. Ibnu M Bilaludin mengisahkan tentang keteladanan KH Ahmad Dahlan dalam memgejawahtahkan makna Surat Al Mauun. Dikisahkan bahwa murid-murid KH Ahmad Dahlan memprotes kenapa mereka yang merasa sudah hafal bacaan Surat Al Mauun, namun KH Ahmad Dahlan masih terus menerus untuk mengajarkan Surat Al Mauun kepada mereka. Ternyata akhirnya baru disadari setelah diterangkan oleh KH Ahmad Dahlan, bahwa hafal bacaan saja tidaklah cukup, namun yang jauh lebih penting adalah bagaimana mengamalkan isi dari Surat Al Mauun tersebut. Dari situ kita bisa belajar, bahwa pendidikan atau pengajaran itu baru bisa dinilai berhasil bukan dari seberapa hafal para murid terhadap apa yang diajarkan, tapi dari seberapa banyak nilai-nilai dari yang diajarkan tersebut diamalkan dan berguna bagi masyarakat. Dari ajaran KH Ahmad Dahlan tersebut jugalah sehingga akhirnya muncul yang kita kenal saat ini dengan istilah teologi Al Mauun, bahwa bagi kita, murid-murid dan penerus perjuangan Kiai Dahlan, warga persyarikatan Muhammadiyah, bahwa orang akan dianggap pendusta agama jika menghardik anak yatim, tidak menyantuni mereka, tidak membuat cerdas anak yatim, tidak membuat anak yatim menjadi orang-orang yang mandiri dari orang lain. Dan dari teologi al mauun itulah kemudian berdiri panti asuhan Muhammadiyah, sekolah Muhammadiyah, dan sebagainya.

Ketika perang dunia kedua berakhir, dan Jepang mengalami kehancuran yang luar biasa karena kekalahan, maka saat kaisar Akihito mengumpulkan para pejabat kekaisaran, pertanyaan pertama yang diajukan bukan berapa dana kas negara yang tersisa, bukan berapa prajurit yang masih ada, namun berapa jumlah guru yang masih ada. Betapa kaisar Akihito sangat menyadari bahwa untuk bangkit setelah kehancuran, maka karakter dan sikap pantang menyerah adalah kunci, dan itu semua hanya bisa diwujudkan dengan adanya pendidikan, sehingga peran guru menjadi kunci keberhasilan dalam rencana besar untuk kebangkitan kembali negara Jepang.

Sementara itu, Sekretaris Pimpinan Daerah Aisyiyah Kulonprogo, Barokatussolihah, SAg, MSi selaku narasumber kedua menguraikan tentang pendidikan karakter. Disebutkan bahwa kondisi pasca andemi Covid-19 saat  ini menjadi tantangan bagi dunia pendidikan khususnya pendidikan formal dalam upaya pendidikan karakter bangsa. Pembelajaran dominan tidak dilakukan dengan tatap muka, sehingga menjadi tantangan guru dalam proses pendidikan karakter tersebut.

Dalam pelaksanaan pembelajaran terutama penerapan pendidikan karakter, tidak bisa hanya dilaksanakan oleh lembaga pendidikan sendiri, namun juga memerlukan dukungan kerja sama dengan orangtua, pengelola yayasan, masyarakat setempat dan instansi lain, dan terutama juga dari pemerintah selaku pemegang mandat bernegara.

Pendidikan karakter terutama harus dimulai dari keluarga, hal ini dikarenakan keluarga merupakan wahana pendidikan pertama. Keberhasilan pendidikan karakter terutama diawali oleh keluarga yang menjadi proses awal pembentukan karakter seseorang. Hal ini karena keluarga merupakan lingkungan tumbuh berkembangnya anak sejak usia dini hingga dewasa.

Dengan keberhasilan pendidikan karakter, maka muaranya adalah persatuan dan kesatuan di tengah masyarakat. Pendidikan karakter dapat mewujud dengan adanya sikap toleransi, Kerukunan Umat Beragama di tengah kondisi kemajemukan yang ada di masyarakat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Joglosemar Selengkapnya
Lihat Joglosemar Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun