Seri Sejarah
Pattimura, perlawanan di tanah para raja
Salah satu pahlawan nasional yang sedang menjadi perbincangan hangat oleh publik belakangan ini adalah Pattimura, seorang pahlawan dari tanah jazirah para raja, Maluku.
Adalah cuplikan video ustadz Adi Hidayat di tahun 2017 yang membuat sosok Pattimura ini menjadi perhatian publik. Di cuplikan video tersebut disebutkan bahwa berbeda dengan versi resmi di buku sejarah anak-anak sekolah yang menyebutkan bahwa Pattimura memiliki nama asli Thomas Matulessy, maka disebutkan bahwa Pattimura ini memiliki nama asli Ahmad Lussy.
Wacana terkait hal ini sebenarnya bukan pertama kali muncul belakangan ini saja, namun sudah lama, salah satunya lewat tulisan Prof Ahmad Mansur Suryanegara puluhan tahun silam.
Bicara soal sejarah, memang tidak bisa kita memakai kacamata hitam putih, karena bukan tidak mungkin sejarah yang ditulis dan menjadi acuan hari ini akan bersifat tetap dan tidak berubah. Sejarah sejatinya membuka ruang untuk adanya revisi atau perubahan seiring dengan adanya bukti sejarah baru yang diketemukan. Maka jika ada berbagai versi terkait dengan satu sosok dalam lintasan sejarah, maka memang sebaiknya kita tidak terjebak untuk kemudian mengklaim yang satu pasti benar dan yang lain pasti salah.
Kembali ke soal sosok Pattimura, dalam postingan ini kita tidak dalam posisi mendukung dan tidak mendukung tentang versi Thomas Matulessy atau versi Ahmad Lussy, namun justru akan menambah khasanah, alias versi lain dari sosok Pattimura yang sebenarnya versi ini juga sudah beredar lama namun kurang diketahui oleh publik saja.
Dalam buku yang ditulis oleh seorang Belanda JB van Dorren tahun 1859, ada tertulis terkait musyawarah para pemimpin perlawanan terhadap Belanda di Maluku pada bulan Mei 1817, "Matulesia, in de vergadering komende, werd met algemeene stemmen tot kapitein Poeloe (hoofd des eilands) uitgeroepen, welke benoeming hij aannam met den titel van nopperhoofd des oorlog, over de eilanden Honimoa, Haroeka, Noessa-Laut, Amboina, Ceram en nabij gelegen kusten”
Yang terjemahannya kurang lebih "MATULESIA, mengambil bagian dalam majelis, dengan suara bulat memproklamirkan sebagai Kapitan Poelo (Kepala Pulau), yang pengangkatannya dengan gelar panglima perang, atas pulau-pulau Honimoa, Haruka, Noessa-Laut, Amboina, Seram, dan pulau serta pantai sekitarnya"
Dari buku tersebut, disebutkan bahwa gelar yang diberikan kepada Thomas Matulessy (di buku itu tertulis sebagai Thomas Matulesia) adalah Kapitan Poelo, bukan Kapitan Pattimura sebagaimana yang kita ketahui di dalam buku sejarah di sekolah sekolah.
Seorang sejarawan dari Amerika, Prof. Dr. Dieter Bartels juga menyinggung mengenai “Misteri Pattimura” dalam Buku “Di Bawah Naungan Gunung Nunusaku: Muslim-Kristen Hidup Berdampingan di Maluku Tengah”, Jilid II: Sejarah, menyebutkan, bahwa “Tidak ada satu pun laporan dari zaman itu yang menyatakan Matulessy pernah memakai gelar (Pattimura) tersebut"