Mohon tunggu...
ari imogiri
ari imogiri Mohon Tunggu... Administrasi - warga desa

suka aja mengamati berita-berita politik

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Berpura-pura Menyerang dari Utara, namun Ternyata Menyerbu dari Selatan, Kilas Balik Keruntuhan Kerajaan Tumapel

2 Maret 2022   21:10 Diperbarui: 2 Maret 2022   21:18 206
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Tumapel atau yang lebih dikenal dengan nama Singhasari (yang sebenarnya merupakan ibukota setelah berpindah dari ibukota awal di Kutaraja) merupakan sebuah kerajaan di Jawa Timur sekitar abad ke 13 M yang didirikan oleh Ken Angrok atau Ken Arok atau Ranggah Rajasa Sang Amurwabhumi yang dalam kitab Negarakrtagama disebut sebagai Putra Sang Girinata setelah mengalahkan Raja Panjalu atau Kediri yaitu Kertajaya dalam pertempuran di Ganter tahun 1222 M.

Di antara kisah yang paling dikenal oleh masyarakat terkait kerajaan Tumapel adalah legenda kutukan mPu Gandring yang konon dikisahkan merupakan seorang pembuat senjata yang hebat di masa itu. Dalam cerita yang menyebar di masyarakat disebutkan bahwa langkah awal Ken Arok memguasai Tumapel yang saat itu masih merupakan bawahan Panjalu adalah dengan membunuh penguasa Tumapel yaitu Tunggul Ametung. Untuk melaksanakan niatnya, maka Ken Arok kemudian memesan keris kepada mPu Gandring. Dan, cerita berlanjut dengan terbunuhnya mPu Gandring saat Ken Arok datang untuk mengambil keris pesanannya sebelum waktu yang disepakati. Dikisahkan sebelum terbunuh, mPu Gandring mengutuk Ken Arok dan keturunannya akan terbunuh dengan keris yang sama. Maka, setelahnya, kisah Tumapel adalah kisah perang dan saling bunuh diantara para keluarga raja, mulai dari Ken Arok, Anusapati dan Tohjaya.

Tumapel kemudian memasuki masa damai saat tahta diduduki oleh Ranggawuni atau Wisnu Wardhana atau Sminingrat anak dari Anusapati yang memerintah bersama dengan sepupunya, Mahesa Campaka atau Narasinghamurti. Untuk mengkonsolidasikan kekuasaan, maka sanak saudaranya diangkat menjadi penguasa daerah, sebagaimana yang tercantum dalam prasasti Mula Manurung.


1. Nararyya Kirana putera sang prabu Semi Ning Rat menjadi penguasa di Lamajang [Lumajang]
2. Nararyya Murddhaja sang putra mahkota menjadi penguasa di Daha;
3. Turukbali puteri sang prabu, permaisuri Jayakatwang, menjadi penguasa di Glang Glang, daerah Wurawan. Sri Jayakatwang adalah keponakan sang prabu Semi Ning Rat;
4. Sri Ratnaraja, adik sepupu sang prabu menjadi penguasa di Morono;
5. Sri Narajaya adik sepupu sang prabu menjadi penguasa di Hring;
6. Sri Sabhajaya, sepupu sang prabu menjadi penguasa di Lwa.
7. Nararyya Kulup Kuda menjadi penguasa di Madhura.
8. Harsawijaya atau Lembu Tal keponakan sang prabu menjadi penguasa di Jenggala.

Demikianlah Tumapel menjadi makmur dan jaya di bawah kekuasaan raja Wisnu Wardhana. Kemudian, sepeninggal raja Wisnu Wardhana, yang naik tahta adalah sang putra mahkota Nararyya Murddhaja, yang bergelar Sri Kertanegara. Dalam masa pemerintahan Kertanegara inilah kemudian muncul gagasan menyatukan nusantara, dan dimulai dengan ekspedisi Pamalayu. Kertanegara ini adalah raja yang membawa Tumapel ke masa keemasan sekaligus menutup riwayat kerajaan ini. Penyebab runtuhnya Kerajaan Tumapel adalah tewasnya Raja Kertanegara dalam peristiwa pemberontakan Jayakatwang pada 1292.

Jayakatwang, atau Jayakatong, atau Aji Katong, atau Jayakatyeng adalah anak kemenakan sekaligus menantu Sminingrat, karena ayah Jayakatwang yaitu Sastrajaya menikah dengan saudara perempuan Wisnuwardhana. Sastrajaya adalah anak Jayashaba, dengan demikian dia adalah cucu Prabu Dandhang Gendhis alias Kertajaya, raja terakhir Panjalu. Jayakatwang menikah dengan anak Sminingrat, Turukbali yang sekaligus adalah saudara perempuan dari raja Kertanegara.

Berdasarkan catatan Pararaton, Jayakatwang menyimpan dendam masa lalu terhadap leluhur Kertanegara, Ken Arok yang mengalahkan leluhurnya, Kertajaya. Keputusan Jayakatwang memberontak terhadap Kertanegara merupakan hasil hasutan Aria Wiraraja. Aria Wiraraja alias Banyak Wide adalah mantan pejabat tinggi di Kerajaan Tumapel. Namun, oleh Kertanegara ia dimutasi ke Songenep, Madura, lantaran sering menentang kebijakan raja. Maka, tak heran jika Aria Wiraraja juga menyimpan kekesalan terhadap Kertanegara.

Kunci kemenangan Jayakatwang adalah dengan strategi yang dikenal dengan strategi makara wyuha. Pasukan Jayakatwang mengecoh dengan seakan akan menyerang dari utara sebagai siasat agar pasukan Tumapel keluar dari keraton dan mengerahkan seluruh kekuatannya ke utara menghadang pasukan Jayakatwang. Padahal kekuatan penuh Jayakatwang berada pada pasukan yang menyerbu kota Singhasari dari sebelah selatan. Dan sejarah pun mencatat karena strateginya tersebut, Jayakatwang akhirnya berhasil menaklukkan Kertanegara.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun