Mohon tunggu...
ari imogiri
ari imogiri Mohon Tunggu... Administrasi - warga desa

suka aja mengamati berita-berita politik

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Akhir Riwayat Kerajaan Kediri (Konflik Raja dan Kaum Brahmana serta Separatisme Tumapel)

14 Desember 2021   13:16 Diperbarui: 14 Desember 2021   13:23 815
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Salah satu kerajaan besar yang pernah berdiri di tanah Jawa adalah kerajaan Panjalu yang kemudian lebih dikenal dengan nama kerajaan Kediri. Bermula dari pemecahan kerajaan Medang Kahuripan sepeninggal Raja Airlangga yang tak memiliki putra mahkota, sehingga terpaksa kerajaan Medang Kahuripan dipecah menjadi 2, yaitu Panjalu di bagian barat dan Jenggala di bagian timur.

Meski masing-masing anak laki-laki Raja Airlangga telah mendapatkan bagiannya, Samarawijaya mendapat bagian kerajaan Panjalu dan Mpanji Garasakan mendapat bagian kerajaan Jenggala, namun ternyata tidak mampu menghilangkan konflik diantara keduanya, yang bahkan konflik itu berlangsung turun temurun diantara anak cucu kedua anak Raja Airlangga tersebut. Perang antar kedua negara kerap terjadi antara Panjalu dan Jenggala.

Di era Jayabhaya, kemudian eksistensi kerajaan Jenggala tenggelam setelah ditaklukkan oleh Panjalu, sehingga muncul semboyan Panjalu Jayati dan ditandai dengan digubahnya kakawin Bharatayudha oleh mpu Sedah untuk menandai kemenangan Panjalu atas Jenggala yang digambarkan sebagai kemenangan Pandawa atas Kurawa.

Sayang setelah Jayabaya wafat, tanah Jawa kembali bergolak, Panjalu dan Jenggala kembali pecah. Perseteruan terus berlangsung sampai ketika Kertajaya menduduki tahta Kediri/Panjalu. Naiknya Kertajaya atau yang kemudian dikenal dengan Dhandhang Gendis sebagai maharaja Panjalu/Kediri rupanya membuat suasana tanah Jawa kembali bergolak. Jenggala yang melihat Kertajaya bukan figur yang kuat kemudian menggalang kekuatan untuk menyerang Kediri/Panjalu.

Pasukan Jenggala berhasil mendesak kekuatan Panjalu/Kediri. Raja Kertajaya mengungsi bersama pasukannya menuju Katandan Sakapat, Kalangbrat, (daerah Tulungagung saat ini). Secara tersirat peristiwa ini termuat dalam Prasasti Kamulan, 31 Agustus 1194 M atau bulan Palguna, ketujuh, tahun saka 1116. Disebutkan dalam prasasti bahwa raja Kertajaya tersingkir dari istana Kadiri akibat serbuan musuh dari arah timur.

Namun perkiraan Jenggala ternyata tidak akurat, meski sempat terdesak dan mengungsi dari ibukota, Kertajaya dalam waktu singkat sanggup mengkonsolidasikan kekuatan dan membalas menyerang Jenggala. Serangan balasan yang kurang diantisipasi tersebut mampu kembali menenggelamkan eksistensi Jenggala dalam percaturan sejarah untuk kesekian kalinya. Dan meneguhkan Panjalu/Kediri sebagai kerajaan pecahan Medang Kahuripan yang bisa tegak berjaya.

Setelah tak ada lagi kekuatan lawan yang eksis untuk mengganggu kekuasaannya mengakibatkan Kertajaya menjadi lupa diri. Bahkan kemudian Raja Kertajaya akhirnya justru berkonflik dengan para brahmana, pemuka agama di lingkungan kerajaan Kediri.

Semua bermula dari keinginan Kertajaya untuk disembah sebagai dewa oleh para brahmana. Hal tersebut ditolak oleh para brahmana, meskipun Raja Dhandhang Gendis pamer kesaktian di depan para brahmana dengan cara duduk di atas sebatang tombak yang sedang dalam posisi berdiri.

Pertentangan kian meruncing lantaran Raja Kertajaya tak segan menyiksa beberapa kaum brahmana dan orang - orang yang tak sepaham dengan dirinya. Hal ini akhirnya membuat banyak kaum brahmana yang melarikan diri dari Kediri.

Sementara Raja Kertajaya disibukkan dengan konflik serius dengan para brahmana. Di wilayah timur kembali menggeliat. Ranggah Rajasa atau yang dikenal dengan Ken Angrok atau Ken Arok yang di dalam Negarakrtagama disebut sebagai anak raja Girindra menyusun kekuatan dan memproklamasikan diri sebagai Raja di Tumapel dan lepas dari Kediri.

Upaya separatisme Tumapel ini terlambat diantisipasi oleh Kediri karena Kertajaya, Sang Dhandhang Gendis disibukkan dengan konfliknya melawan kaum brahmana.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun