Kisah tentang Roro Jonggrang adalah dongeng yang sangat terkenal bagi masyarakat di wilayah sekitar Yogyakarta dan Jawa Tengah. Dikisahkan bahwa dahulu kala terjadi perang antara dua kerajaan, yaitu kraton Boko melawan kraton Pengging. Syahdan setelah sekian lama terjadi peperangan, akhirnya kraton Boko berhasil dikalahkan, dan Ratu Boko terbunuh oleh Pangeran dari Pengging yaitu Bandung Bondowoso.Â
Sebagai pemenang perang maka Bandung Bondowoso bermaksud menikahi putri Ratu Boko yaitu Roro Jonggrang, namun Roro Jonggrang yang dendam karena Bandung Bondowoso telah membunuh ayahnya, Ratu Boko, bermaksud menolak keinginan Bandung Bondowoso dengan berdalih minta syarat dibangunkan seribu candi yang dibuat dalam satu malam.Â
Dan dongeng berakhir ketika Bandung Bondowoso mengutuk Roro Jonggrang menjadi patung karena mencurangi laku Bandung Bondowoso untuk membuat seribu candi. Dan gugusan candi yang dibuat oleh Bandung Bondowoso kemudian dikenal dengan nama Candi Sewu dan Candi Prambanan dengan patung Roro Jonggrang terdapat di dalam sebuah relung di Candi Prambanan.
Namun, tentu saja setelah para ahli sejarah mempelajari berbagai sumber, akhirnya dapat kita ketahui bahwa yang membangun kompleks Candi Prambanan adalah Raja kerajaan Medang yaitu Rakai Kayuwangi Dyah Lokapala untuk menghormati ayahnya, raja Rakai Pikatan Dyah Saladu dan diresmikan sekira tahun 859 M.Â
Adapun kisah peperangan yang terjadi bukan antara kraton Boko melawan kraton Pengging, namun perang di antara para elit kerajaan Medang, antara wangsa Sanjaya dan wangsa Syailendra. Perang kemudian dimenangkan oleh aliansi wangsa Syailendra dengan salah satu elit wangsa Sanjaya, Rakai Pikatan Dyah Saladu yang menikah dengan putri wangsa Syailendra yaitu Pramodawardhani. Perang yang berlangsung sangat lama tersebut berakhir saat anak Rakai Pikatan, yaitu Rakai Kayuwangi akhirnya mengalahkan Rakai Walaing mPu Kumbhayoni.
Setelah peperangan berakhir, maka konflik antara wangsa Sanjaya dan wangsa Syailendra pun berakhir, dan yang berkuasa adalah keturunan dua wangsa tersebut, yaitu Rakai Kayuwangi Dyah Lokapala, anak dari pernikahan dua wangsa, yaitu Rakai Pikatan dari wangsa Sanjaya dan Pramodawardhanidari wangsa Syailendra.
Kembali ke Candi Prambanan. Jadi patung siapakah yang selama ini dikenal oleh masyarakat sebagai patung Roro Jonggrang itu? Patung di salah satu relung di Candi Prambanan tersebut sebenarnya adalah patung Durga Mahisasuramardhini. Lalu siapakah Durga Mahisasuramarddini itu? Dalam tradisi Hindu, Durga dipercaya oleh para pemujanya sebagai dewi pemberi perlindungan, terlebih saat kesulitan menghadapi musuh dalam peperangan. Tak heran jika Durga juga dikenal sebagai dewi perang. Kisah tentang Durga dimulai saat terjadi peperangan antara dua kekuatan besar, yaitu perang antara para Dewa yang dipimpin oleh Indra melawan para Asura yang dipimpin oleh Mahisasura.
Setelah sekian lama peperangan, ternyata kekuatan para Dewa tidak mampu mengalahkan kekuatan para Asura. Para dewa yang terdesak akhirnya mengangkat Brahma sebagai pemimpin dan menghadap Syiwa dan Wisnu untuk menyampaikan sebuah kabar terdesaknya para dewa oleh para asura. Para dewa yang mendapatkan kabar tersebut marah yang mengakibatkan keluarnya kekuatan yang sangat dahsyat dari badan Syiwa dan Wishnu serta para dewa lainnya, yang kemudian bersatu sehingga terciptalah seorang wanita cantik akibat dari peristiwa tersebut dan diberinama Durga.Â
Kemudian Durga pun maju ke medan perang menghadapi pemimpin para Asura yaitu Mahisasura. Setelah terjadi pertempuran yang sengit akhirnya diceritakan bahwa Durga yang mengendarai harimau bisa membunuh Mahisasura sehingga Durga kemudian dijuluki sebagai Durga Mahisasuramardhini (Durga yang mengalahkan Mahisasura).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H