Bukan hal pelik lagi. Akhir-akhir ini, kompetensi dunia pesantren sudah banyak mencetak generasi qur'ani. Sehingga gelar hafidz dan hafidzoh telah  merakyat. Bahkan, bocah yang baru mengawali musimnya dengan berbagai sajian permainan pun, sudah lihai melantunkan ayat-ayat Tuhan di luar kepala.
Tidak juga bocah, lansia tak ketinggalan. Walau konon sering dikemukakan, bahwasannya pada usia lanjut, seseorang akan mengalami demensia. Yaitu semacam gejala hilangnya memori pada otak. Nyatanya tidak semua demikian.
Karena hampir berbagai sudut mengatakan, "Dapat menghafal ribuan kalam Allah adalah fadhol dari-Nya". Sehingga tak mustahil, piawainya dua kategori tadi dalam melafalkan Al-Qur'an. Namun, ada satu yang disayangkan. Mungkin sebagian manusia acuh akan hal ini.
Yakni, perihal bagaimana pengemban kalam Allah menerapkan akhlaknya. Memang benar, berakhlak mulia ialah keharusan bagi setiap insan. Tetapi, Â terlebih untuk orang-orang yang sudah menyandang predikat hamilul qur'an.
Saat kitab akhlak saja sudah dapat disenandungkan dengan baik, maka hendaknya dia juga giat membangun apa-apa yang telah rusak dari hatinya. Mengingat betapa kemuliaan dan keagungan akan diberikan kepada para penghafal Al-Qur'an. Dan akan dijunjung tinggi derajatnya oleh Penguasa alam.
Lalu, apalah makna kalimat yang tak berusaha kau pahami? Tak berusaha kau renungi, dan tak ada tekad untuk kau amalkan! Hanya kau jadikan hiasan bibir semata, serta ajang membanggakan diri. Kau masih senantiasa mempersolek  lisan untuk menggebuk perasaan orang lain.
Bentakan-bentakan kehinaan masih kau acungkan kepada pendidik jasadmu. Adab terhadap orang tua ruh mu kau lupakan. Dan banyak hak-hak kitab suci tersebut juga kadang tak  terpenuhi. Tentang cara membaca yang kadang  diabaikan tajwidnya, karena mengejar demi cepat hafal.
Membawa seenaknya, karena merasa Al-Qur'an itu kekasihnya. Membuka kitab suci di hadapannya, tapi  menduakan dengan hal lain. Sungguh, Al-Qur'an adalah pencemburu. Ketika ruang dimana ayat itu kau simpan, telah kau nodai dengan sesuatu yang lain. Maka tak segan-segan dia menghilang. Na'udzubillah. Jika ternyata laknat yang didapat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H