Penetrasi akses internetnya Indonesia saat ini sudah menyentuh hampir seluruh daerah, meskipun di kecamatan yang agak terpencil. Dengan adanya akses internet ini, memudahkan siapa saja untuk bisa melakukan banyak aktivitas, sesuai dengan apa yang diminati.Â
Dua Mata Pisau yang Bernama Internet
Bagi kita yang melakukan pekerjaan secara daring (online), adanya akses internet memang sangat mendukung untuk kelancaran pekerjaan. Demikian juga ketika kita sedang haus informasi, maka dari internet pula kita bisa mendapat kabar berita yang paling terkini.
Akan tetapi, seringkali tanpa disadari bahwa aktivitas tanpa batas yang bisa dilakukan dengan bantuan internet tersebut bisa menjadi tidak terkontrol, apabila kita sebagai orang tua tidak menerapkan rem yang pakem untuk anak-anak kita.
Internet sudah lazim apabila disebut pisau bermata dua, yang apabila tidak kita kendalikan dengan baik justru akan melukai diri kita. Pada beberapa waktu lalu, ada seorang pejabat yang menanyakan perihal kegunaan apa dari internet yang semakin hari semakin kencang ini.Â
Hal tersebut bisa jadi karena kekhawatiran orang tua yang semakin hari semakin jamak melihat anak-anak usia SMP, bahkan SD pun sudah online dari pagi sampai malam di gawai masing-masing.Â
Bahaya Kejiwaan dari Penggunaan Internet pada Anak
Selain berpotensi buruk bagi kesehatan mata dan juga kemampuan sosialisasi fisik si anak, ternyata ada bahaya dari kejiwaan dari anak-anak yang menggunakan internet. Berikut daftar hasil buruk akibat internet yang saya amati dari lingkungan sekitar:
- Sulit Mengontrol Waktu Bermain
Para orang tua pada umumnya dipusingkan ketika anak sekolah dari rumah. Bukan hanya karena harus menjadi guru cadangan, tetapi juga pusing karena anak-anak menjadi kecanduan gawai, yang akhirnya membuat mereka kesulitan berhenti bermain telepon pintarnya. - Mood Anak Menjadi Labil
Berkaitan dengan poin sebelumnya, ketika anak diambil telepon pintarnya maka sering kali anak menjadi ngambek dan sulit untuk dialihkan ke aktivitas fisik yang lain. Kalau sudah begini, terkadang ada orang tua yang akhirnya "mengalah" dan memberikan waktu tambahan kepada si anak. - Anak Rawan Salah Bergaul saat Daring
Poin 1 dan 2 di atas masih termasuk hal yang bisa dikontrol oleh orang tua. Sedangkan poin nomor 3 ini termasuk yang agak sulit untuk dikontrol. Bisa jadi anak-anak bermain game online, tetapi di dalamnya bisa berbincang (chat) dengan orang asing yang bisa jadi mengundang bahaya ketika ber-medsos.
Pentingnya Mendampingi Saat Anak Mengakses Media Sosial Â
Orang tua merupakan rem terakhir bagi anak, yang menjadi patokan apakah cara si anak ber-medsos sudah baik atau perlu diperbaiki lagi. Agar optimal saat mendampingi, sebaiknya orang tua:
- Tahu Siapa Teman Online si Anak
Media sosial (atau yang sering disingkat medsos) merupakan salah satu produk internet, yang memungkinkan siapa saja dapat berinteraksi hingga berbagi banyak hal dengan orang di seluruh dunia. Karenanya, kita harus tahu dengan siapa saja anak kita berteman. - Beri Pemahaman Ketika Anak Mengakses Hal Negatif
Sebagai orang tua, saya secara jujur agak sulit dalam menahan diri untuk tidak marah ketika mengetahui anak sedang mengakses konten negatif. Perlu diingat bahwa semakin kita memarahi anak, maka anak akan semakin menyembunyikan hal yang membuatnya dimarahi tersebut. - Ajak Anak Bijak Bermedsos Saat Membalas Komentar
Saling berbalas komentar di media sosial merupakan salah satu bentuk interaksi virtual. Sesekali tengok si anak saat berkirim pesan ataupun komentar. Apabila ada kalimat yang kurang baik, beri pengertian bahwa hal tersebut salah dan tidak boleh diikuti. - Cek History Media Sosial Anak
Poin ini tidak selalu berhasil, tetapi tidak ada salahnya sesekali cek bagaimana si anak kita bermedia sosial. Selama masih berstatus anak dan belum dewasa, tidak ada salahnya kok kita sebagai orang tua ikut mengetahui bagaimana anak kita menikmati konten YouTube, TikTok, atau Instagram. - Beri Tahu Anak tentang Konten Negatif
Konten negatif alias yang tidak baik untuk anak, bukan hanya yang berkaitan dengan pornografi saja. Konten yang berisi adegan kekerasan yang entah kenapa masih ada saja yang lolos dari filter, meski sudah disetting keamanannya di gawai, merupakan salah satu konten yang harus diblokir.
Pada akhirnya, agar anak kita bisa menghabiskan waktunya di internet secara bijak dan produktif, sudah waktunya nih kita para orang tua untuk bisa memberikan asupan materi online yang bergizi untuk anak yang nyaman dan gegas untuk diakses.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H