Mohon tunggu...
ari ganesa
ari ganesa Mohon Tunggu... -

Ari Ganesa (21) was born on 22st of June 1990 in Kediri, small town in East Java, Indonesia. She is 4nd year student of Marine Biology Departement at Sepuluh Nopember Institute of Technology. She has an interest about animals, natural conservacy, and adventure. She also has a passion about Photography, Videography and Presenting

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Sayap Hitam

30 November 2011   01:58 Diperbarui: 25 Juni 2015   23:01 58
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Dingin kaku terajut berhenti memanggil resah
Dan rasakan remuk redam menyatu sendu dalam gelisah
Layar terkembang luas namun jutaan detik percuma terbuang
Terpendam belukar bagai karang di dasar lautan

Tak terbendung amarah, prasangka tak bisa kuhapus
Hitamku menyatu dalam celah raga sukma khayalku
Betapa tipisnya jiwa rapuh ini membisikkan nyanyian kematian
Terucap ringan layaknya sehelai bulu menari tergeliat udara

Dan semua bintang memanggilku terbang keatas
Panah tajam menusuk sela-sela sayap hitamku
Jangkar menghantamku hingga tulang belulang hancur lebur
Tak bisa diam begitu saja, aku harus berlari cepat
walau pisau tersembunyi dibalik kapal itu melukaiku
Mengapa tak bunyikan genderangnya?
Mengapa tak dayung saja perahunya?

Lari ke gunung, puncak bukit, lautan .
Meninggalkan dataran tinggi menyeberang hingga tepian
Tinggalkan segala jalan berliku, apapun telah terjadi.
Aku dan sayap hitamku bersembunyi dalam sepi
Mengharap keajaiban datang, hadir di pundakku

Sementara lainnya begitu jauh mengudara menyelubungi bunga
Membuatku terpana dengan eloknya warna -warna cerah
Ingin rasanya terbang jauh mengangkasa apa daya sayapku patah
Menghirup nafas hidup melayang menikmati dunia fana

Lamun berduri mengering menjerat kaki kecilku.
Pasir berbisik padaku agar segera pergi meninggalkan tempat ini
Duri semakin terpaut bergolak menyelimuti dalam langkah sepi.
Telah lama sendiri, Sayapku makin terikat sesak terjepit ilusi
Aliran sungai kecil yang letih tak lagi bernyanyi
Tak tau harus mulai darimana untuk mengakhiri

Ribuan ikan menyerbu mengucapkan selamat tinggalnya
Penyu enggan melihatku bagai daun kecil yang jatuh
Dan mengharap keajaiban datang, hadir di sayapku

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun