Kita bermain-main membuat pusaran api. Lidah panasnya menjilati setiap lekukan. Kita tertawa. Seolah bara hanya permainan warna. Kita lupa bahwa panasnya akan melumerkan jiwa. Bercerai berai dan menjadi serpihan luka
Pusaran api yang kita anggap mainan belaka, pelahan menggulung langit. Mencari mangsa. Â Terdengar jerit.Â
Tapi kita tetap terbahak. Menertawakan luka seperti aneka pelangi di ujung senja. Api membesar memutar ayunan hidup kita. Baru kita terpana
Pusaran api yang kita mainkan, memainkan kita. Â Kobaran panas yang kita tertawakan, menertawakan kita.Â
Kita mulai mencari cara melawan api. Angin kita putar, air kita semburkan. Tapi api sudah meraksasa. Mulai melumat kita
Seandainya saja kita tidak bermain api. Sesal kita tak bertepi
Tangerang Selatan, 22 Oktober 2020
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI