Mohon tunggu...
A Zainudin
A Zainudin Mohon Tunggu... Lainnya - Penyuka Sastra

Menulis sesuai kata hati.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Bermain Api

22 Oktober 2020   13:53 Diperbarui: 19 November 2020   22:59 140
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bermain Api. Sumber: Harianjogya.com

Kita bermain-main membuat pusaran api. Lidah panasnya menjilati setiap lekukan. Kita tertawa. Seolah bara hanya permainan warna. Kita lupa bahwa panasnya akan melumerkan jiwa. Bercerai berai dan menjadi serpihan luka

Pusaran api yang kita anggap mainan belaka, pelahan menggulung langit. Mencari mangsa.   Terdengar jerit. 

Tapi kita tetap terbahak. Menertawakan luka seperti aneka pelangi di ujung senja. Api membesar memutar ayunan hidup kita. Baru kita terpana

Pusaran api yang kita mainkan, memainkan kita.  Kobaran panas yang kita tertawakan, menertawakan kita. 

Kita mulai mencari cara melawan api. Angin kita putar, air kita semburkan. Tapi api sudah meraksasa. Mulai melumat kita

Seandainya saja kita tidak bermain api. Sesal kita tak bertepi

Tangerang Selatan, 22 Oktober 2020

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun