Mengambil keputusan merupakan tantangan berat dalam kepemimipinan Kristen dan juga merupakan pekerjaan yang tidak dapat dipisahkan dari seorang pemimpin. Yakob Tomatala mengatakan, Membuat suatu keputusan yang baik tidak bagaikan membalikkan telapak tangan. Suatu keputusan dalam organisasi akan melibakan pemimpin, orang yang dipimpin, organisasi dan lingkungan dimana suatu organisasi itu berada. Lebih lanjut menjelaskan bahwa seorang pemimpin perlu mengetahui dengan baik bagaimana membuat keputusan yang bijaksana. Oleh karena itu seorang pemimpin ketika mengambil sebuah keputusan tidak terlepas dari kebijaksaan dari seorang pemimpin tersebut. Artinya bahwa seorang pemimpin dalam mengambil keputusan tidak gegabah dan tidak cepat mengambil keputusan supaya tidak mendapatkan gejolak yang membahayakan  dalam diri seorang pemimpin tersebut maupun kepada orang lain.Â
Arti keputusan adalah perihal yang berkaitan dengan putusan; segala putusan yang telah ditetapkan (sesudah dipertimbangkan, dipikirkan dan sebagainya), ketetapan, sikap terakhir (langkah yang harus dijalankan). Berdasarkan dengan defenisi tersebut mempertajam pemahaman bahwa keputusan dapat diambil ketika mengalami pertimbangan dan analisa yang mendalam sehingga membuat dan menghasilkan keputusan. Selain itu, keputusan tampak seandainya melalui proses penalaran yang mendalam sehingga menghasilkan keputusan yang baik dan benar.Â
Untuk itu, patut dikatakan bahwa mengambil keputusan tidak terlepas dari kecerdasan dan kepintaran seorang pemimpin untuk mengambil keputusan. Ralp C. David mengatakan, keputusan ialah suatu hasil pemecahan masalah yang dihadapinya dengan tegas. Suatu keputusan adalah suatu jawaban yang pasti terhadap suatu pertanyaan. Keputusan harus menjawab sebuah pertanyaan tentang apa yang dibicarakan dalam hubungannya dengan suatu perencanaan. Keputusan bisa pula berupa suatu tindakan terhadap pelaksanaan yang sangat menyimpang dari rencana semula.Â
James A.F. Stoner mengatakan bahwa keputusan adalah suatu pemilihan diantara alternative-alternatif yang diantaranya, pilihan yang berdasarkan logika atau pertimbangan, pilihan salah satu yang terbaik dan pilihan yang makin mendekatkan pada suatu tujuan tersebut. Lebih jauh Prof. Dr. Prajudi Atmosudirjo, S.H mengatakan, bahwa keputusan ialah suatu pengakhiran dari proses pemikiran tentang suatu masalah atau problema untuk menjawab suatu pertanyaan apa yang harus diperbuat guna untuk mengatasi masalah tersebut, dengan menjatuhkan sebuah pilihan pada suatu alternative. Terkait dengan hal itu, Bagaimana mengambil keputusan yang baik dan benar? Perlu sebagai pemimpin mengenal objek yang akan dibahas. Berdasarkan hal ini secara gamblang Yakob Tomatala mengatakan bahwa,
(1). Tanyakanlah, apa tujuan dari harapan yang berkenaan dengan keputusan itu, (2). Kenalilah prioritas-prioritas untuk dan dalam setiap keputusan yang akan dibuat.(3). Ketahuilah bahwa akan ada kepentingan sekunder (dianggap sekunder) yang harus dilepaskan untuk sesuatu prioritas primer. (4). Kenalilah kondisi diri sendiri! Apakah Anda yakin bahwa Anda sedang berpikir jernih, tenang/berimbang? Apakah Anda memiliki motif yang lurus? (5). Yakinkah diri Anda bahwa Anda tidak terpengaruh (diintimidasi) dan tekanan diri, tekanan dari orang lain dan tekanan dari hasil atau konsekuensi yang akan timbul dari keputusan yang akan diambil.(6). Yakinkah diri Anda bahwa keputusan yang akan diambil menuju ke tujuan yang telah ditetapkan. (7). Yakinkah diri Anda bahwa pertimbangan batin yang Anda buat adalah matang dan perasaan yang ambivalen (menduda) hanyalah gangguan yang kecil yang tidak boleh mempengaruhi keputusan Anda. (8). Yakinkah diri Anda bahwa Anda sedang berkonsentrasi kepada prioritas yang benar, sehingga rasa cemas hanyalah gangguan kecil yang tidak boleh mempengaruhi keputusan Anda. (9). Yakinkah diri Anda bahwa Anda telah membuat pertimbangan yang benar dengan dibantu oleh sikap terbuka kepada nasihat/pendapat/pengalaman orang lain, yang memperkaya kemampuan Anda membuat keputusan. (10). Yakinkan diri Anda bahwa pertimbangan, sikap dan langkah yang diambil untuk membuat keputusan akan membawa kebaikan lebih banyak, kepuasan lebih banyak dari pada keburukan dan ketidak-puasan  (walaupun hal-hal ini tentu ada) bagi diri, bawahan, organisasi dan lingkungan. Oleh karena itu, maka untuk lebih cerdas dalam  mengambil keputusan yang berpusat kepada Tuhan. Tentu, tidak terlepas dari hikmat yang berasal dari Tuhan. Itu sebabnya Salomo meminta hikmat kepada Tuhan untuk dapat menimbang perkara dan membedakan yang baik dan yang jahat (1Raja-Raja 3:8-13).Â
Untuk itu, apa sesungguhhnya pengertian hikmat itu? Hikmat adalah kebijakan, kearifan, kesaktian. Hikmat atau hikmah (wisdom) adalah suatu pengertian dan pemahaman yang dalam mengenai orang, barang, kejadian atau situasi, yang menghasilkan kemampuan untuk menerapkan persepsi, penilaian dan perbuatan sesuai pengertian tersebut. S eringkali membutuhkan penguasaan reaksi emosional seseorang  (passions) supaya prinsip, pertimbangan dan pengetahuan universal dapat menentukan tindakan seseorang. Hikmat juga berarti pemahaman akan apa yang benar dikaitkan dengan penilaian optimal terhadap suatu perbuatan. Sinonimya termasuk: kebijaksanaan, akal budi, akal sehat, kecerdikan. Dengan demikian maka hikmat terkait dengan kepintaran, kecerdasan, kehebatan, kepandaian.Â
Terkait dengan hikmat tidak mudah untuk didapatkan melalui bangku sekolah atau belajar dari orang lain. Itu sebabnya tidak semua orang pintar memiliki hikmat tetapi orang hikmat memiliki kepintaran. Jadi, kalau hikmat dari Tuhan akan melakukan tindakan dan perbuatan yang berpusat kepada-Nya tanpa andil siapapun yang mengintervensi. Hal ini terbukti dalam sejarah Alkitab di mana Salomo mengambil keputusan yang benar. Ketika dua perempuan sundal memiliki bayi namun salah atu bayi perempuan ini meninggal dunia. Oleh karena itu, mereka memperebutkan dan sama-sama mengklaim bahwa bayi yang hidup itu anak mereka. Namun Salomo meminta untuk  memenggal bayi itu menjadi dua untuk dibagi kepada kedua perempuan tersebut.  Jadi diantara perempuan itu mengatakan berikanlah bayi itu kepada perempuan itu. Perempuan yang satunya meminta memenggal saja. Maka Salomo katakan bahwa berikanlah bayi itu kepada perempuan yang melarang memenggal anak itu. (1 Raja-Raja 3: 1-23).Â
Kebenaran ini mengindikasikan hikmat dari Tuhan dimana dapat menimbang dan pada akhirnya mengetahui dan mendapatkan kebenaran yang sejati. Hikmat memiliki kecermatan yang jernih untuk memperhatikan dengan seksama sehingga kemudian tanpa ragu-ragu untuk mengambil keputusan. Hikmat dari Tuhan memperoleh pendengaran yang tajam dalam mendengarkan setiap masalah yang dihadapi sehingga mendapatkan jalan keluar yang tepat. Hikmat dari Tuhan dapat menempatkan diri dengan benar tanpa berat sebelah dengan selalu berada ditengah-tengah untuk menegakkan kebenaran. Selain itu, hikmat dari Tuhan bisa mendapatkan kebenaran dalam memutuskan tanpa menimbulkan gejolak yang berkesinambungan. Kemudian, melalui hikmat merasakan sukacita dalam memutuskan sebuah keputusan dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi.Â
Dengan demikian, sepatutnya setiap pemimpin dalam kepemiminannya Kristen memiliki hikmat untuk mencapai tujuan dan  tercapai serta terwujud demi kebutuhan bersama tanpa terkecuali. Tidak sulit untuk mendapatkan hikmat hanya dengan memohon dan meminta kepada Tuhan maka Dia akan memberikannya. Hikmat mintalah kepada Tuhan dengan sungguh-sungguh. Selain itu, takut akan Tuhan sumber pengetahuan. Takut akan Tuhan merupakan tolak ukur dalam meraih hikmat yang sejati. Menjungjung tinggi kehendak Tuhan dan tunduk dan taat serta setia akan firman-Nya.
Arif Yupiter Gulo
Tuhan Memberkati. Amin