Mohon tunggu...
Rinto riyanto
Rinto riyanto Mohon Tunggu... Editor - Konten kreator dan fotography

Saya seorang konten kreator yang menyukai seni grafis dan videography

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Urban Farming Lokal di Tengah Kota Bogor

14 November 2024   14:02 Diperbarui: 14 November 2024   14:18 42
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bertani di Tengah Kota dengan Lahan Terbatas: Solusi Panen Sayuran Segar dan Penghasilan Tambahan

Bertani di tengah kota sering kali dianggap mustahil karena keterbatasan lahan dan padatnya bangunan. Namun, dengan teknik pertanian yang tepat, khususnya dengan pendekatan organik, urban farming bisa menjadi sumber penghasilan yang menguntungkan sekaligus solusi pangan segar. Berikut ini beberapa teknik pertanian organik yang bisa diterapkan di lahan terbatas di perkotaan.

Kebun Vertikal (Vertical Garden)
Bagi mereka yang memiliki lahan sangat kecil atau hanya memiliki dinding kosong, kebun vertikal menjadi solusi tepat. Dengan teknik ini, tanaman dapat tumbuh di pot-pot yang digantung atau ditempatkan pada rak khusus pada dinding. Sistem vertikal memungkinkan tanaman memperoleh sinar matahari yang cukup. Tanaman yang cocok untuk kebun vertikal antara lain bumbu dapur, seperti daun bawang, kemangi, dan oregano, serta sayuran seperti selada dan bayam.

Teknik bertani dalam polibag /dokpri
Teknik bertani dalam polibag /dokpri
Pot atau Wadah Bekas
Menanam di pot atau wadah bekas adalah teknik sederhana dan hemat biaya. Berbagai jenis sayuran, seperti cabai, tomat, terong, dan sawi, bisa ditanam di pot yang diatur berbaris di pekarangan atau halaman rumah. Untuk hasil yang optimal, pilih media tanam yang kaya nutrisi dan pastikan pot memiliki drainase yang baik agar tanaman tidak mudah busuk.

Teknik Mulsa Organik
Mulsa organik adalah penutup tanah yang berasal dari bahan alami seperti daun kering, jerami, atau sekam padi. Mulsa membantu menjaga kelembapan tanah, mengurangi pertumbuhan gulma, dan memberikan nutrisi tambahan seiring dengan proses pembusukan. Teknik ini cocok untuk lahan sempit dan menjaga kesuburan tanah tanpa perlu banyak pupuk kimia.

Kompos dari Sisa Dapur
Memanfaatkan sampah organik dari dapur seperti kulit sayuran, buah-buahan, dan daun bisa menjadi pupuk kompos. Kompos ini bisa memperbaiki kesuburan tanah secara alami dan menjadikan tanaman lebih sehat tanpa bahan kimia berbahaya. Penggunaan kompos dari sampah rumah tangga juga membantu mengurangi limbah, mendukung pertanian berkelanjutan.

Penanaman Sistem Polikultur
Teknik polikultur adalah penanaman beberapa jenis tanaman di satu lahan. Polikultur dapat mengurangi hama secara alami karena keragaman tanaman mencegah serangga untuk berkembang biak di satu jenis tanaman saja. Contoh polikultur yang bisa dicoba adalah menanam tomat bersama dengan basil atau bawang putih yang dapat menekan pertumbuhan hama.

Manfaat dan Dampak Ekonomi
Dengan teknik pertanian organik dan penataan lahan yang cerdas, petani kota dapat menghasilkan sayuran berkualitas tinggi. Selain bisa dijual langsung ke masyarakat sekitar atau ke pasar lokal, produk sayuran organik juga bisa dipasarkan secara online atau melalui komunitas petani urban. Ini membuka peluang baru untuk meningkatkan penghasilan sambil memenuhi kebutuhan pangan segar masyarakat kota.

Dengan modal kreativitas dan ketelatenan, bertani di lahan terbatas di perkotaan bukan lagi sekadar impian. Bahkan, langkah ini juga berkontribusi pada penghijauan kota dan peningkatan kualitas udara. Teknik-teknik di atas bisa menjadi inspirasi untuk memulai usaha tani kecil di perkotaan dengan hasil yang optimal, sekaligus menjaga keberlanjutan lingkungan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun