Indonesia, sebagai negara kepulauan terbesar di dunia dengan beragam suku, bahasa, dan budaya, memiliki potensi yang luar biasa dalam berbagai aspek. Namun, di balik kekayaan budaya dan sumber daya alamnya, Indonesia menghadapi tantangan besar dalam hal literasi membaca. Kesadaran literasi membaca masyarakat Indonesia masih terbilang rendah, dan hal ini memerlukan perhatian serius dari berbagai pihak.
Menurut data dari Programme for International Student Assessment (PISA) yang dirilis oleh Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD), kemampuan literasi siswa Indonesia berada pada peringkat yang cukup rendah dibandingkan dengan negara-negara lain. Hal ini mencerminkan bahwa banyak siswa di Indonesia yang belum memiliki kemampuan membaca dan memahami teks dengan baik. Padahal, literasi merupakan keterampilan dasar yang sangat penting untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia.
Terdapat beberapa faktor yang menjadi penyebab rendahnya tingkat literasi masyarakat Indonesia, antara lain seperti akses yang terbatas hingga kualitas pendidikan di Indonesia yang masih rendah pula.
Salah satu faktor utama rendahnya tingkat literasi adalah terbatasnya akses masyarakat terhadap buku dan perpustakaan. Di daerah-daerah terpencil, ketersediaan buku yang berkualitas sangat minim. Perpustakaan umum pun sering kali kurang mendapatkan perhatian dan pendanaan yang memadai, sehingga koleksi buku dan fasilitasnya tidak berkembang. Minim nya akses kepada buku ini dapat berdampak juga terhadap budaya literasi pada masyarakat Indonesia.
Budaya membaca di Indonesia belum kuat. Banyak keluarga yang belum menjadikan membaca sebagai bagian dari aktivitas sehari-hari. Orang tua sering kali tidak memberi contoh membaca kepada anak-anaknya, sehingga kebiasaan ini tidak terbentuk sejak dini di tambah lagi dengan perkembangan teknologi pada zaman sekarang yang membuat buku semakin di tinggalkan.
Di era digital ini, masyarakat cenderung lebih tertarik pada konten-konten yang disajikan di media sosial, video, dan game online. Hal ini menyebabkan minat untuk membaca buku berkurang. Padahal, membaca buku memberikan banyak manfaat yang tidak bisa diperoleh dari sekadar berselancar di dunia maya. Selain itu kualitas pendidikan di Indonesia sendiri yang juga masih perlu di tingkatkan merupakan salah satu faktor penyebab minimnya literasi di Indonesia
Kualitas pendidikan di Indonesia juga masih menjadi masalah. Metode pengajaran yang kurang menarik dan belum terfokus pada pengembangan kemampuan literasi membuat siswa tidak termotivasi untuk membaca. Guru sering kali lebih menekankan pada hafalan daripada pemahaman dan analisis teks.
Rendahnya tingkat literasi memiliki dampak yang luas, baik secara individu maupun secara sosial. Individu dengan kemampuan literasi yang rendah cenderung kesulitan dalam memahami informasi yang kompleks, mengambil keputusan yang tepat, dan berpartisipasi aktif dalam kehidupan sosial dan ekonomi. Secara sosial, rendahnya literasi dapat menghambat pembangunan negara, karena kualitas sumber daya manusia yang rendah berpengaruh langsung pada produktivitas dan inovasi. Maka dengan ini perlu segera di lakukan upaya perbaikan budaya literasi di Indonesia
Pemerintah perlu berinvestasi lebih banyak dalam pengembangan perpustakaan dan distribusi buku, terutama di daerah-daerah terpencil. Penyediaan perpustakaan keliling dan program donasi buku dapat menjadi solusi untuk menjangkau masyarakat yang sulit mengakses buku.
Perlu adanya kampanye nasional untuk membangun budaya membaca, dimulai dari keluarga dan sekolah. Program-program seperti membaca bersama, lomba membaca, dan pembentukan klub buku di sekolah dapat meningkatkan minat baca anak-anak.
Guru harus dilatih untuk mengajarkan literasi dengan metode yang menarik dan interaktif. Penggunaan teknologi dalam pembelajaran juga dapat dimanfaatkan untuk membuat proses belajar menjadi lebih menyenangkan dan efektif.