Mohon tunggu...
Arif Wahyu Setiyadi
Arif Wahyu Setiyadi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa UIN Sunan Kalijaga Prodi Ilmu Komunikasi 24/23107030031

Izin memperkenalkan diri, saya Arif Wahyu Setiyadi, orang ngapak asli dari Purbalingga yang masih belajar dan perlu bimbingan. Arif ini hobi bermain games on line untuk menghibur diri, juga hobi traveling, solo riding dengan motor kesayangan nya.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Spiral of Silence: Mengapa Banyak Orang Takut Berpendapat di Bawah Tekanan Kelompok Dominan?

22 Juni 2024   09:49 Diperbarui: 22 Juni 2024   10:05 100
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Teori Spiral of Silence adalah sebuah konsep dalam komunikasi yang dikembangkan oleh Elisabeth Noelle-Neumann pada tahun 1974. Teori ini berfokus pada bagaimana opini publik dapat mempengaruhi individu untuk menahan diri dari menyuarakan pendapat mereka ketika mereka merasa bahwa pandangan mereka tidak sesuai dengan pandangan mayoritas. Dalam konteks ini, individu yang memiliki pandangan yang berbeda sering kali merasa takut atau tertekan untuk berbicara, yang pada akhirnya mengarah pada pembentukan "spiral of silence."

Latar belakang pada teori ini sendiri berakar pada penelitian tentang bagaimana opini publik terbentuk dan bagaimana hal ini mempengaruhi perilaku individu. Noelle-Neumann berargumen bahwa orang cenderung untuk tidak mengungkapkan pendapat mereka jika mereka merasa bahwa pandangan mereka adalah minoritas atau tidak populer. Ketakutan akan isolasi sosial dan ketidaksetujuan adalah faktor utama yang mendorong perilaku ini.

Mekanisme utama dari teori Spiral of Silence adalah ketakutan individu akan isolasi sosial. Persepsi opini dominan, Individu memantau lingkungan sosial mereka untuk memahami pandangan mana yang dominan. Media massa memainkan peran penting dalam membentuk persepsi ini dengan memberikan lebih banyak ruang bagi pandangan mayoritas. Ketakutan akan Isolasi, jika seseorang merasa bahwa pandangan mereka berbeda dari pandangan mayoritas, mereka akan merasa takut untuk mengungkapkan pendapat mereka karena khawatir akan dikucilkan atau dikritik oleh kelompok sosial mereka. Dari hal ini maka akan menimbulkan diam dan penarikan diri

Diam dan penarikan diri, akibat ketakutan ini, individu memilih untuk tetap diam dan tidak menyuarakan pendapat mereka. Hal ini memperkuat persepsi bahwa pandangan mayoritas adalah satu-satunya pandangan yang ada. Ketika lebih banyak orang memilih untuk diam, pandangan mayoritas menjadi semakin dominan dan terlihat lebih kuat. Hal ini membuat semakin sulit bagi individu dengan pandangan berbeda untuk berbicara, menciptakan spiral yang terus berlanjut.

Teori Spiral of Silence memiliki implikasi yang signifikan dalam berbagai aspek kehidupan sosial, politik, dan media. Beberapa dampak utamanya adalah Homogenitas Opini. Spiral of Silence dapat menghasilkan homogenitas opini dalam masyarakat, di mana hanya satu pandangan yang mendominasi dan pandangan alternatif tidak terungkap.

Dalam konteks politik, kebijakan publik dapat dipengaruhi oleh pandangan mayoritas yang mungkin tidak mencerminkan pendapat seluruh populasi. Ini dapat mengarah pada kebijakan yang tidak inklusif atau tidak memperhitungkan kebutuhan minoritas. Media massa dapat memperkuat spiral ini dengan menyoroti pandangan mayoritas dan mengabaikan pandangan yang berbeda. Hal ini mengurangi keragaman informasi yang tersedia bagi masyarakat.

Ketika individu takut untuk menyuarakan pendapat mereka, ini dapat menghambat perkembangan pribadi dan sosial. Diskusi dan debat yang sehat diperlukan untuk kemajuan sosial dan intelektual.

Salah satu contoh nyata dari Spiral of Silence dapat dilihat dalam konteks politik. Misalnya, dalam pemilihan umum, kandidat yang dianggap sebagai "favorit" oleh media mungkin mendapatkan lebih banyak liputan. Pendukung kandidat lain mungkin merasa tertekan untuk menyuarakan dukungan mereka jika mereka merasa bahwa pandangan mereka tidak populer, sehingga memperkuat persepsi bahwa kandidat favorit adalah satu-satunya pilihan yang layak.

Contoh lain adalah di tempat kerja, di mana budaya organisasi yang kuat dapat membuat karyawan enggan untuk menyuarakan pendapat yang berbeda atau memberikan kritik terhadap kebijakan perusahaan. Hal ini dapat menghambat inovasi dan memperburuk masalah internal.

Teori Spiral of Silence mengungkapkan dinamika kompleks bagaimana opini publik terbentuk dan bagaimana tekanan sosial dapat mencegah individu untuk menyuarakan pandangan mereka. Ketakutan akan isolasi sosial menjadi penggerak utama yang membuat individu memilih untuk diam ketika mereka merasa pandangan mereka tidak sesuai dengan pandangan mayoritas. Memahami teori ini penting untuk menciptakan lingkungan di mana kebebasan berpendapat dihargai dan semua suara dapat didengar. Hal ini tidak hanya penting dalam konteks politik dan media, tetapi juga dalam kehidupan sehari-hari, di mana keberagaman pendapat dapat memperkaya diskusi dan pengambilan keputusan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun