"I"
 Tangisan ibu pertiwi kini kembali tedengar, di tahun 2022 banyak kasus yang terjadi di negri ini, dari kasus perselingkun, pembunuhan, perebutan dana Terliunan sampai naiknya harga BBM. Alangka lucunya negriku ini banyak dongeng yang di mainkan,dari dongeng yang menghibur, tangisan, hinga sampai ke jeritan rakyat. Kita baru saja melewati hut RI yang ke 77, sebenanya di umur yang suda rentah negri ini bisa memberika kesejatra untuk rakyatnya, lantas masi saja kau berikan kesengsaraan untuk rakyatmu, katanya negri ini kaya akan SDAnya, kenapa hutang negri ini makin meroket, rasanya para pemimpin negriku saat ini laghi main petang umpet, banyak anggaran yang di keluarkan dengan dali dana anggaran untuk rakyak, namaun hal itu hanyalah doneng semata yang di publikasikan lewat berbagai media.
 Lantas anak dari seorang petani apakah bisa melanjutkan pendidikan, jika kebijakan merusak cita-cita anak desa untuk sekolah, ijinkan beta untuk bakar ban. Teriak-teriak di jalan agar telinga lebih peka, mereka yang tak lahair dari air keringat ibu petani, atau tak perna bermain sampai tertidur di bawa pohot dan di atas rumput-rumput ilalang tempat biasa ayah istirahat ketika lelah berkerja, tak akan ikut merasakan kesedihan ini, jadi stop basong ba mara ketika melihat beta tariak di jalan, apa rasanya ketika kau menjadi saksi bau badan ayah, atau sakitnya ibuh yang melawan teriknya matahari demi uang sekolah anaknya. Jangan benci kami ketika ribut di jalan, kita tumbu tak sama.
 Stop sudah, terlalu banyak air mata ibu pertiwi yang mengalir atas ulamu, aku tak mau ibu pertiwiku bersedi terus, semoga kedepanya negeri ini tak bubar.
Kupang, 06 september 2022
#penyair ulung
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H