Suatu hari aku tak lagi mendengar kabarmu, sapaan manja yang dulu sering menghantuiku seketika menghilang bagai di telan bumi, sering kubertanya pada malam namun iya tak mampu untuk menjawab, namun aku mencobah bertanya lagi pada siang namun jawaban yang sama aku dapatkan. Ku berfikir apakah dirimu sudah tidak mapu memerjuangkanku, atau diriku suda tidak mertarik lagi untuk dirimu, atauka jarak yang membuat dirimu jenuh.Â
  Mungkin saja matamu yang belum perna bertabrakan dengan mataku, sehingga belum bisa menghadirkan cinta dan ketulusan, dan hal itulah yang membuat kamu berhenti untuk berjuang. Selama ini aku berharap kamu adalah orang yang dipili tuhan terakhir menemaniku, namun ternyata ga seperti apa yang aku harapkan. Â
 Ku berharap suatu hari nanti kamu kembali walaupun dengan wujud yang berbeda, namun cinta dan ketulusan seperti dulu yang aku harapkan , sapaan-sapaan manja dan ceritamu yang selalu kau sandingkan untuk menghibur diriku .Â
 Terimakasih untukmu yang perna berjuang, dan yang selalu menghiburku.
 #Penyair ulung
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H