Estafet kepemimpinan melalui Pergantian Pimpinan tidak begitu berpengaruh di dalam menjalankan roda organisasi karena model kepemimpinannya menganut prinsip kolegial, sami’na wa atha’na dan legowo.
Pun riak-riak persaingan dalam jabatan organisasi sirna tanpa bekas karena setiap kader Muhammadiyah telah memproklamasikan diri dengan azas Nawaitu bil Ikhlash. Maka tak disangsikan lagi bilamana seorang kader ketika diberi amanah memegang jabatan tidak akan mengelak dan Insya Allah mampu menjalankannya dengan sikap SIAP. Adalah sebuah keniscayaan bila amanah yang dititipkan kepada seorang kader Muhammadiyah lantas disia-siakan dan nyaris tak diterima.
Dalam hal sebagai pencerah ummat, Muhammadiyah melakukan transformasi ilmu pengetahuan secara bertahap yakni memberi penekanan kepada jama’ah agar benar-benar menyadari betapa pentingnya menimba ilmu sebanyak mungkin agar ummat Islam cerdas, tidak dibodoh-bodohi oleh pihak penjajah.
Berdasarkan rekam jejak sejarah, terlihat dengan terang bahwa pergerakan ummat Islam di awal masa mencapai kemerdekaan adalah buah dari proses panjang gerakan pencerahan pengetahauan (keagamaan) yang telah diasah sedemikian apiknya, salah satunya adalah gerakan Muhammadiyah.
Tidak bisa terbantahkan bahwa sebuah gerakan yang sangat sederhana dan lingkup kecil yakni “Gerakan Al-Ma’un” ala Kiai Haji Ahmad Dahlan telah membangkitkan semangat membara bagi para kader yang telah ikut menimba ilmu bersama sang Kiyai; sederhana dan tidak ruwet.
Gaya yang dianut Kiai Ahmad Dahlan begitu mengesankan ummat, berterima, masuk di akal, tawadhu’ dan penuh kesantunan. Tak pelak lagi ketika Kiyai Ahmad Dahlan memukul kentongan di siang bolong, ummat saling bertanya ada apa ?Sang Kiyai meengeluarkan barang-barang yang ada di dalam rumahnya untuk dilelang demi membayar honor guru.
Masyarakatpun menyambutnya dengan semangat haru biru karena tak menyangka yang dilakukan Sang Kiyai adalah untuk kepentingan ummat dalam hal ini generasi ummat ; generasi masa depan. Inilah contoh kecil amalan sederhana dan menyentuh versi Sang Kiyai.
Sang Kiyai begitu giat memberikan pencerahan kepada ummat agar bisa memperbaiki kualitas hidup mereka, tidak terpuruk dalam kemiskinan. Karena kemiskinan hanya akan membuat ummat semakin mundur dari cita-cita ideal kehidupan.
Bertolak dari tujuan yang dicetuskan sang Kiyai bahwa tujuan Muhammadiyah adalah sebagai wadah perjuangan untuk menegakkan dan menjujung tinggi Agama Islam sehingga terwujud masyarakat Islam yang sebenar-benarnya (Pasal 6 AD Muhammadiyah).
Tujuan ini menjadi komitmen kesungguhan para kader yang dibina bukan hanya untuk kepentingan organisasi semata akan tetapi sekaligus wujud pengabdian yang tak kenal lelah terhadap sebuah Negara yakni NKRI.
Hal ini telah dibuktikan dalam berbagai khazanah kebangsaan yang telah dilalui dan menorehkan tinta emas bagi negeri ini. Jadi, bila ada yang bertanya-tanya tentang Muhammadiyah, tidak perlu disangsikan lagi jawaban telak para pelaku sejarah bangsa inilah yang akan menjawabnya.