Mohon tunggu...
Arif RahmatTriasa
Arif RahmatTriasa Mohon Tunggu... Editor - Islamic Studies (Concentration in Islamic Educational Psychology)

Aktivis Cinta dan Pluralisme

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Aspek Feminin dalam Pandangan Tasawuf

31 Mei 2020   20:36 Diperbarui: 31 Mei 2020   20:33 184
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Sehingga menurut filsafat ecofeminism, manusia menyembah Tuhan sebagai kekuatan maskulin (the father god) dan kurang menyembah Tuhan sebagai kekuatan feminim (the mother god). 

Akibatnya manusia mengidentifikasikan dirinya sebagai yang kuasa, aktif, terpisah dominan, padahal pemujaan Tuhan sebagai feminim (the mother God) memiliki tujuan merealisasikan eksistensi asal segala sesuatu yaitu ibu, bumi, cosmos.

Menanggapi permasalahan ini, Sachiko Murata mengatakan bahwa dasar makna kesatuan dan makna dualitas adalah berasal dari hakekat yang tunggal. Dengan menggunakan asma'ul husna, ia telah membagi nama Tuhan menjadi dua kelompok, nama keagungan yang disebut sebagai jalal (kualitas maskulin) dan nama-nama Keindahan yang disebut jamal (kualitas feminim). 

Dalam perspektif tasawuf, nama-nama Tuhan/asma'ul husna merupakan titik masuk untuk manusia dalam mengenal dan mendekatiNya. Maka setiap orang dapat mengidentifikasi diri dengan salah satu asma'Nya. Seperti mengidentifikasikan diri dengan nama al-Ghafur (Maha Pemaaf) dan at-Tawwab (Maha Penerima Taubat) agar tidak kehilangan semangat hidup. 

Maka karena misi manusia di muka bumi adlaah khalifah dan hamba/'abid (2: 30, 51: 56), maka komposisi maskulin dan feminin sangat dibutuhkan, komposisi maskulin dalam misi khalifah, dan komposisi feminin dalam misi 'abid.

Mesti dipahami, bahwa kualitas feminin dan maskulin dalam pembahasan tasawuf adalah kualitas perangai, bukan kualitas lahiriah. Pada intinya kualitas maskulin adalah aktif, melimpahkan, sedangkan kualitas femin adalah pasif, menerima dan berserah diri yang masing-masing sifat memiliki sisi positif dan negatif. 

Sebagai tujuan pencipta yang harus tercipta dalam lahiriah maupun batiniah. Karena esensi tujuan manusia (feminin atau maskulin) adalah menjadi insan kamil, yaitu manusia yang dapat menyatukan sisi lahiriah jamal dan menjadi kamal (sempurna).

Dunia Tasawuf lebih menampilkan sisi-sisi feminin Tuhan, yaitu keindahan, kasih-sayang, kelembutan, cinta dan lain-lain. Sehingga dalam pengalaman spiritual Tuhan dirasakan ramah dan lembut dalam hubungan dengan manusia. Hal ini mematahkan anggapan bahwa seseorang yang memiliki sifat feminism, yaitu perempuan, lemah karena bersifat tidak maskulin, yaitu laki-laki. 

Mengutip Schimmel, perempuan adalah ungkapan rahasia dari Allah SWT. karena kreatif Tuhan terungkap jelas pada perempuan. Dalam kesusastraan Tasawuf, perempuan dijadikan simbol perenungan ilahi, seperti yang kitab Turjuman Al-asywaq tulisan Ibnu Arabi, kemudian kisah Layla dan Majnun karya An-Nizami, juga dengan kisah klasik mengenai peran perempuan dalam teori cinta mistik oleh Syekh San'an yang dikisahkan kembali oleh Fariduddin 'Ar.

Menurut Annemarie Schimmel, sifat feminin dalam pandangan tasawuf ditunjukkan melalui sikap manusia itu sendiri apakah mampu melepaskan nafsu amarah untuk menuju nafsu muma'innah. 

Karena tema ini mengajak kepada seluruh manusia untuk merenungkan dan mengevaluasi kembali terhadap segala motivasi pemikiran dan tindakan di dunia ini, apakah semata-mata hanya memenuhi keinginan ego sehingga menyerah pada nafsu yang rendah (kualitas feminin negatif) atau menjadi nafsu muma'innah. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun